Barata Indonesia Peroleh Suntikan Modal Rp 300 Miliar

PT Barata Indonesia mengupayakan perolehan pemenuhan modal kerja melalui penerbitan medium term notes (MTN) atau surat utang jangka pendek.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 07 Des 2017, 10:30 WIB
Ilustrasi modal (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menjelang akhir tahun, PT Barata Indonesia (Persero) terus mengupayakan pemenuhan modal kerja melalui penerbitan Medium Term Notes (MTN) atau surat utang jangka pendek. PT Barata Indonesia akan memperoleh tambahan pendanaan modal sebesar Rp 300 miliar untuk dialokasikan pada awal 2018.

Suntikan modal pendanaan tersebut dilakukan oleh Barata Indonesia bekerja sama dengan PT Asta Capital Asia (ACA) sebagai arranger. Kepastian itu didapat setelah ditandatanganinya perjanjian dengan pihak investor kemarin di Jakarta yang diwakili oleh Direktur Keuangan dan SDM PT Barata Indonesia (Persero), Yoyok Hadi Satriyono dan Direktur Operasi dan Marketing PT Barata Indonesia (Persero), Tony Budi Santosa.

Direktur Keuangan Barata Indonesia, Yoyok, menegaskan penambahan modal dibutuhkan Barata Indonesia untuk mengantisipasi kebutuhan modal yang meningkat tajam dengan adanya prediksi perolehan kontrak sebesar Rp 3,2 trillun pada akhir 2017.

"Tujuan penerbitan MTN ini, selain untuk pemenuhan modal kerja dan refinancing pendanaan, juga untuk dijadikan momen pembelajaran dalam mendapatkan alternatif pendanaan nonbank. Selama ini Barata Indonesia mendapatkan fasilitas permodalan dari perbankan," ucap Yoyok dalam keterangan tertulis, Kamis (7/12/2017).

Sementara itu, Direktur Operasi dan Marketing PT Barata Indonesia (Persero) Tony Budi Santosa menambahkan, kinerja perusahaan jika dibandingkan dengan tahun lalu naik tajam.

Kenaikan perolehan kontrak pada 2017 yang meningkat 300 persen dibandingkan dengan 2016, harus segera direalisasikan menjadi penjualan dan itu membutuhkan pendanaan yang cukup besar.

Perolehan kontrak PT Barata Indonesia yang berkantor pusat di Gresik tersebut, naik 300 persen dari Rp 722 miliar pada 2016 menjadi Rp 3,2 trilliun pada 2017.

"Oleh sebab itu, tambahan pendanaan modal kali ini diharapkan tidak hanya digunakan untuk mengatasi perolehan kontrak yang tinggi, namun juga sebagai salah satu strategi untuk memperoleh kontrak-kontrak besar pada proyek yang akan mendatang," tutur Tony. (Yas)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Barata Indonesia Garap Proyek Pipa Pertagas

Sebelumnya, PT Barata Indonesia (Persero) menandatangani Memorandum Of Understanding (MOU) dengan PT Pertamina Gas (Pertagas), yang merupakan anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang khusus bergerak dalam usaha niaga, transportasi, pemrosesan, dan berbagai bisnis lain terkati gas alam.

MOU tersebut ditandatangani Direktur Utama PT Barata Indonesia, Silmy Karim, serta Direktur Utama Pertagas Suko Hartono di IBD EXPO 2017, di Jakarta Convention Center, Jakarta.

Kedua perusahaan tersebut sepakat untuk bersinergi di bidang fasilitas produksi industri minyak dan gas, di mana PT Barata Indonesia akan berkerja sama di bidang pembangunan infrastruktur gas bumi berupa pipa untuk Pertagas.

Direktur Utama Barata Indonesia, Silmy Karim, mengatakan kerja sama ini merupakan langkah baik bagi PT Barata Indonesia untuk semakin memantapkan posisinya sebagai perusahaan yang memiliki kompetensi di bidang minyak dan gas.

“Sinergi ini merupakan upaya mendukung tumbuhnya industri nasional. Barata Indonesia memiliki pengalaman di bidang minyak dan gas, termasuk diantaranya pekerjaan pembangunan pipelines," kata Barata di JCC, Rabu 20 September 2017.

Bagi PT Barata Indonesia ini merupakan kesempatan dan peluang untuk semakin membuktikan kompetensi di bidang pembangunan fasilitas produksi minyak dan gas.

Dalam bekerjasama dengan PT Pertagas, Barata Indonesia telah memiliki beberapa pengalaman sejenis, yaitu pembangunan pipelines, diantaranya di proyek pembangunan 102 km jalur pipa Cilamaya, pembangunan jalur pipa Tanjung Perak ke Juanda dan beberapa proyek serupa lainnya.

Silmy mengaku proyek yang akan dikerjakan oleh Barata ini akan memiliki nilai Rp 1 triliun. Hanya saja mengenai lokasinya, hal ini akan didetailkan setelah MoU ini dilaksanakan.

"Selama ini Pertagas untuk mengerjakan proyek yang sama ini ada perusahaan dari luar negeri dan dalam negeri. Kalau dengan kita, tentu keunggulannya harga lebih kompetitif," tegasnya.

Tidak hanya pembangunan pipa, Barata nantiny juga akan mengerjakan maintenance pipa-pipa baik yang akan dibangun maupun pipa yang saat ini sudah ada.

"Kita punya teknologi untuk menginvestigasi pipa-pipa yang butuh perawatan. Jadi kita nanti juga lakukan ini," ucap Silmy.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya