Tinggal di Jakarta, Enggak Usah Rajin-Rajin Jalan Kaki

Berjalan kaki di tempat yang penuh polusi, seperti di Jakarta, ternyata tidak ada manfaatnya.

oleh Nilam Suri diperbarui 07 Des 2017, 16:00 WIB
Pedagang kaki lima (PKL) tumpah ruah saat Car Free Day di kawasan Senayan, Jakarta, Minggu (8/10). Sejak ditinggal kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama alais Ahok, tidak terlihat petugas yang berjaga menertibkan jalannya CFD. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta Jalan kaki adalah olahraga paling mudah yang bisa Anda lakukan untuk menjaga kesehatan tubuh. Sayangnya, hal ini tidak berlaku untuk Anda yang tinggal di tempat penuh polusi, seperti Jakarta.

Memang, riset menunjukkan jalan kaki bisa secara umum meningkatkan kesehatan, terutama kesehatan jantung. Namun, sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Lancet, menyimpulkan tempat Anda berjalan kaki memegang peranan penting, seperti dilansir Health, Kamis (7/12/2017).

Berjalan kaki di jalan-jalan yang dipenuhi polusi, seperti Jakarta, menurut para peneliti, akan membatalkan manfaat kesehatan yang Anda dapat dari jalan kaki.

Jakarta memiliki tingkat polusi terparah di dunia. Data ini didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Universitas Indonesia. Kendaraan bermotor yang padat memenuhi jalan-jalan Ibu Kota berkontribusi sebanyak 70 persen sebagai penyebab polusi utama di Jakarta.

Studi tadi sendiri tidak dilakukan di Jakarta, tapi di London, Inggris. Tim peneliti merekrut 119 orang yang usianya di atas 60 tahun. Dari kelompok ini, ada 40 orang yang sehat, 40 orang mengalami penyakit inflamasi paru-paru, dan 39 orang mengalami penyakit jantung iskemik, yang disebabkan oleh penyempitan arteri.

Beberapa dari para lansia tadi diminta untuk jalan kaki selama dua jam setiap hari di Oxford Street, jalanan di pusat kota yang dipenuhi dengan bis dan mobil. Sedangkan yang lain diminta bejalan kaki di Hyde Park, yang tenang.

Saksikan juga video menarik berikut ini:

 


Selanjutnya

Berjalan kaki di tempat yang penuh polusi, seperti di Jakarta, ternyata tidak ada manfaatnya.

Tiga sampai delapan minggu kemudian, grup ini bertukar rute. Setelah setiap kali berjalan, para peneliti mengukur konsentrasi polutan di setiap tempat, bersamaan dengan penanda kesehatan di setiap partisipan, seperti: kapasitas paru-paru, panjang napas, sesak napas, batuk, dan ketegangan arteri, yang berhubungan dengan tekanan darah tinggi.

Setelah berjalan menyusuri Hyde Park, orang-orang yang sehat kapasitas paru-paru dan ketegangan arterinya mengalami peningkatan. Namun setelah berjalan di Oxford Street dan menghirup polutan di udara, hampir tidak ada perbaikan pada kapasitas paru-paru, dan ketegangan arterinya malah memburuk.

Hal ini menunjukkan, polusi yang ada membatalkan manfaat kesehatan yang didapat dari berjalan kaki.

"Anda harus menghindari daerah yang terpolusi saat berolahraga, terutama jalan kaki," jelas pemimpin studi, Kian Fan Chung, profesor respiratori medis di National Heart and Lung Institute di Imperial College London. "Carilah daerah yang hijau, sehingga polutannya lebih rendah. Jika tidak memungkinkan, pilih tempat olahraga dalam ruangan."

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya