Liputan6.com, London - Wali Kota London Sadiq Khan mengatakan bahwa pemerintah Inggris harus meminta maaf atas pembantaian Amritsar yang terjadi di India pada 3 April 1919. Khan merupakan pejabat tingkat tinggi Inggris pertama yang menyerukan permintaan maaf.
Seperti dikutip dari BBC pada Kamis (7/12/2017), Khan membuat pernyataan tersebut pada hari Selasa saat berkunjung ke Jallianwala Bagh, lokasi pembantaian tersebut yang terletak di negara bagian Punjab, India utara.
India telah bertahun-tahun menuntut permintaan maaf atas apa yang disebut sebagai salah satu pembantaian paling berdarah dalam sejarah Inggris.
Baca Juga
Advertisement
Khan yang melakukan kunjungan diplomatik ke India dan Pakistan juga menyerukan permintaan maaf Inggris tersebut melalui akun Twitter resminya.
"Saya menyerukan pemerintah Inggris untuk meminta maaf sepenuhnya dan secara resmi kepada masyarakat Amritsar dan India atas pembantaian Jallianwala Bagh. Sungguh memalukan, bahwa hampir 100 tahun, ini (permintaan maaf) belum terwujud," twit Khan pada Rabu 6 Desember.
Pembantaian Jallianwala Bagh
Pembantaian Jallianwala Bagh terjadi saat ratusan warga India, termasuk wanita dan anak-anak, menghadiri sebuah pertemuan publik untuk memprotes hukum kolonial.
Sementara pertemuan sedang berlangsung, kolonel Inggris, Reginald Dyer bersama pasukannya memasuki arena publik tersebut dan memerintahkan penembakan ke kerumunan orang.
Semua pintu keluar diblokir oleh pasukan Inggris dan pemrotes tidak punya celah untuk melarikan diri. Peristiwa ini memicu kemarahan, tidak hanya di India, melainkan di berbagai penjuru dunia.
Meski nyaris 100 tahun telah berlalu, peristiwa Jallianwala Bagh masih menjadi isu kontroversial karena banyak pejabat Inggris termasuk Ratu Elizabeth dan suaminya, Pangeran Philip, serta mantan PM David Cameron telah mengunjungi lokasi pembantaian untuk memberikan penghormatan. Namun permintaan maaf belum kunjung terucap.
Kendati demikian, Cameron menggambarkan pembantaian tersebut sebagai "peristiwa yang sangat memalukan dalam sejarah Inggris".
Advertisement