Qatar: Kami Mengutuk AS yang Akui Yerusalem Jadi Ibu Kota Israel

Pejabat Tinggi Kemlu Qatar menganggap klaim AS atas Yerusalem itu juga akan memengaruhi proses damai di Timur Tengah.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 07 Des 2017, 18:40 WIB
Qatar Minister of the State for Foreign Affairs, Sultan bin Saad Al Muraikhi (kiri) bersama Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi (kanan) saat pertemuan bilateral RI - Qatar dalam Bali Democracy Forum di Banten (7/12/2017) (Rizki AKbar Hasan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Tangerang - Pejabat tinggi Kementerian Luar Negeri Qatar menyampaikan sikap negaranya terhadap langkah Amerika Serikat yang menetapkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Qatar Minister of the State for Foreign Affairs, Sultan bin Saad Al Muraikhi mengatakan bahwa negaranya sangat tidak mengharapkan langkah yang dilakukan AS. Negara beribu kota Doha itu juga mengutuk langkah Washington.

"Kami sudah mengutuk hal tersebut (langkah AS menetapkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel)," kata Al Muraikhi usai pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri RI dalam Bali Democracy Forum ke-10 yang tahun ini diselenggarakan di Banten, Kamis (7/12/2017).

"Mengingat hal itu sudah diumumkan, maka kami harus bersatu dengan negara Arab dan negara muslim lain," tambahnya.

Al Muraikhi juga mengatakan bahwa langkah tersebut merupakan salah satu kebijakan paling provokatif yang pernah diambil oleh Donald Trump sejak menjabat sebagai Presiden AS.

"Karena kebijakan itu akan memengaruhi proses damai di Timur Tengah," paparnya.

Ia juga berharap pertemuan luar biasa Organisasi Kerja Sama Islam soal Yerusalem yang akan digelar di Istanbul, Turki, pada 13 Desember nanti akan menghasilkan pernyataan keras guna menentang langkah Amerika Serikat.

Pejabat tinggi Kemlu Qatar itu juga berharap, "Bahwa tidak ada negara lain yang mengikuti langkah (AS) untuk memindahkan kedutaannya (ke Yerusalem)", -- sebuah langkah diplomatik yang jika dilakukan akan memberikan pesan bahwa negara yang bersangkutan mengakui Al Quds Al Sharif (bahasa Arab untuk Yerusalem) sebagai ibu kota Israel.


Bahas Yerusalem, Jokowi Akan Hadiri Sidang OKI

Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) akan menggelar sidang khusus menyusul langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menjelaskan, OKI akan menggelar OIC Summit Special Session on Jerusalem pada 13 Desember 2017. Pertemuan tersebut akan diadakan di Istanbul, Turki. Demikian pernyataan Menlu Retno di sela-sela Bali Democracy Forum di Banten, Kamis, 7 Desember 2017.

Menlu Retno juga menyampaikan bahwa Presiden RI Joko Widodo akan hadir dalam sidang khusus tentang Yerusalem tersebut.

Ketika ditanya mengenai apa yang akan disampaikan oleh Presiden Jokowi dalam pertemuan OKI nanti, Retno mengatakan, "Kita (Indonesia) sekali lagi akan menegaskan posisi kita. Dan kita akan berbicara dengan negara-negara OKI apa yang akan kita lakukan selanjutnya."

Retno juga menyampaikan, kemarin, ketika AS belum membulatkan ketetapannya soal Yerusalem, dirinya juga telah melakukan berbagai komunikasi dengan para menteri luar negeri negara anggota OKI.

"Semua menteri luar negeri negara anggota OKI yang saya ajak bicara, mereka semua menolak pengumuman itu (penetapan Yerusalem sebagai ibu kota Israel)," kata Retno.

"Mereka (menlu negara anggota OKI) juga menyatakan tengah berusaha untuk membangun komunikasi dengan Amerika Serikat," tambah Retno.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya