Jakarta - Kota Makassar, Sulawesi Selatan menyimpan cerita tentang olahraga basket. Di sudut kota Makassar tepatnya di Jalan Bontoala Parang terdapat lapangan basket di GOR yang sudah berdiri sejak 1949 bernama Flying Wheel.
Baca Juga
Advertisement
GOR Flying Wheel didirkan dengan niat mulia Irfan Winarso agar anak muda di Makassar bisa mendapat kehidupan yang lebih baik. Irfan ingin melalui Flying Wheel generasi muda Makassar mendapat ilmu dan pergaulan yang bermanfaat untuk masa depan.
Arlan Winarso, generasi kedua pendiri Flying Wheel Makassar, membeberkan cerita bagaimana lapangan basket tersebut bisa bertahan hingga saat ini. Pria yang pernah membela tim nasional Indonesia pada era 70-an itu menyebut tanah yang menjadi tempat berdirinya GOR Flying Wheel sempat menjadi rebutan pemerintah dan keluarga Winarso.
Namun, seakan tahu niat mulia Flying Wheel, Tuhan memberikan jalan terang dan tetap membiarkan lapangan berdiri kukuh. Harapan Irfan Winarso agar basket tetap menjadi kegiatan pemuda Makassar terus berlanjut hingga kini.
"Kedua orang tua saya meminta Flying Wheel menjadi tempat masyarakat Makassar mencari ilmu agar memiliki bekal dalam kehidupannya," ujar Arlan saat dijumpai Bola.com di Makassar, pekan lalu.
Bertahun-tahun GOR Flying Wheel Makassar menjadi tempat berlatih dan menelurkan beberapa pemain hebat seperti Hendy Winar, Elang Masli, dan Johannis Winar. Bahkan mantan pemain Garuda Bandung, Denny Sumargo, pernah menimba ilmu di Flying Wheel.
Saat usia GOR tersebut menginjak 69 tahun, satu pertanyaan besar menghinggapi pengurus Flying Wheel Makassar yakni apa yang harus dilakukan ke depan? Flying Wheel, sudah tidak mengikuti kompetisi resmi sejak era Kompetisi Basket utama (Kobatama).
Impian Berkompetisi di IBL
Generasi ketiga pendiri Flying Wheel Makassar, Kwandy Winarso, memikirkan rencana kembali berkecimpung di kompetisi nasional seperti Indonesia Basketball League (IBL). Namun, seluruh pengurus yayasan Flying Wheel masih mempertimbangkan beberapa hal.
Pihak IBL bahkan sudah menawarkan langsung kepada Flying Wheel untuk mengikuti kompetisi basket tertinggi di Indonesia tersebut setelah CLS Knights memutuskan mundur.
"Masalah pertama tentu dana. Minimal setiap tim yang terjun di IBL itu menghabiskan tiga miliar rupiah per musim. Kami tidak ingin hanya ikut, lalu hilang begitu saja," ujar Kwandy.
"Rencana kembali ke IBL itu harus terlaksana. Saat ini masih dalam proses pematangan, mungkin dua musim lagi kami bakal kembali," sambung dia.
Selain dana, Flying Wheel Makassar juga masih mencari bibit pemain lokal untuk diasah. Flying Wheel memegang prinsip memakai pemain asli Sulawesi Selatan jika ingin kembali ke liga profesional.
Pembinaan sejak usia dini sudah rutin dilakukan Flying Wheel. Mereka mencari pemain terbaik di sekitar Sulawesi Selatan untuk ditampung dan dibina menjadi pebasket andal.
"Kami benar-benar serius dalam hal pembinaan. Saat ini Flying Wheel bahkan menggunakan Jarron Crump sebagai tenaga pelatih," ujar anak Arlan Winarso tersebut.
Dalam dua tahun terakhir, Flying Wheel Makassar juga turun dalam kompetisi Jawa Pos Pro Tournament di Surabaya. Bahkan pada Jawa Pos Pro Tournament 2016, Flying Wheel menjadi gelar runner up setelah kalah dari Pacific Caesar pada partai final.
"Memang kami menggunakan pemain asing dan beberapa mantan pebasket nasional di Jawa Pos Tournament, namun kami juga membawa beberapa pemain muda. Tujuannya sederhana, agar mereka belajar dari pemain hebat dan merasakan ketatnya kompetisi," tutur Kwandy.
Untuk tim putri, Flying Wheel Makassar sudah selangkah lebih maju karena ikut berpartisipasi dalam Srikandi Cup 2017. Flying Wheel putri mengusung target berada di posisi lima besar pada kompetisi basket putri tertinggi di Indonesia tersebut.
Advertisement
Rencana Membuat GOR Baru
Satu rencana besar juga tengah dibangun pengurus Flying Wheel Makassar, yakni membuat lapangan baru yang lebih besar. Bukan bermaksud melupakan sejarah, Peter Nursalim salah satu pengurus yayasan Flying Wheel ingin membuat tempat baru dalam rangka menyambut ulang tahun klub yang ke-70.
"Soal dana sudah ada, tapi lokasi yang masih belum pasti. Kami masih mencari beberapa lokasi terbaik," kata Peter.
GOR Baru Flying Wheel yang baru rencananya menjadi pusat pelatihan tim senior dan markas utama. Sementara GOR yang terletak di Bontoala Parang akan dipertahankan dan menjadi tempat pelatihan pemain Flying Wheel junior.
"Pembuatan GOR baru juga penting jika Flying Wheel mau kembali terjun ke kompetisi nasional. Kami perlu GOR yang lebih representatif tentunya," sambung Peter.
Pembangunan GOR baru bakal dilakukan dengan cepat. Rencananya markas baru Flying Wheel Makassar harus sudah selesai sebelum ulang tahun ke-70 pada Oktober 2018.