Pesan Penting dari Lukisan Plastik Kresek Seniman di Malang

Pameran di Malang, seluruh lukisan menghabiskan 500 kantong plastik kresek limbah rumah tangga yang sulit terurai.

oleh Zainul Arifin diperbarui 08 Des 2017, 12:30 WIB
Lukisan berbahan plastik kresek di atas kanvas karya Seniman asal Malang, Jawa Timur (Zainul Arifin/Liputan6.com)

Liputan6.com, Malang - Kantong plastik kresek menjadi salah satu limbah yang paling sulit terurai, berpotensi merusak lingkungan dan kesehatan. Seorang seniman di Malang, Jawa Timur, mengeksplorasi plastik menjadi karya seni lukis sekaligus memperingatkan bahayanya.

Masari Arifin, seniman asal Kota Malang, ini menghasilkan 20 lukisan abstrak dengan medium kantong plastik kresek di atas kanvas. Seluruh karyanya dipamerkan di gedung Dewan Kesenian Malang sejak tiga hari lalu dan akan berakhir pada Sabtu, 9 Desember besok.

“Eksplorasi plastik ini agar menjadi inspirasi untuk karya seni. Sekaligus memperingatkan plastik itu berbahaya jika salah fungsi,” kata Masari di Malang, Kamis 7 Desember 2017.

Bahan lukisan plastik kresek itu didapat dari limbah rumah tangga. Total 500 kantong plastik terpakai untuk 20 karya berbagai ukuran yang dilukis dengan teknik dibakar dan dipadukan akrilik di atas kanvas.

“Kesulitannya di penempatan plastik untuk pengkomposisian sebelum dibakar agar menghasilkan guratan dan gestur yang tepat. Teknik pembakarannya juga sulit,” papar Masari.

Masari mengatakan, ide lukisan ini dari sebuah ketidaksengajaan saat melihat kantong plastik pembungkus makanan kenduri meleleh karena lilin. Pola lelehan dianggapnya indah dan menjadi inspirasi melukis di atas kanvas dengan plastik.

Semula, ia mencoba berbagai alat mulai setrika sampai las sebagai alat bakar melukis. Namun semua upayanya berujung kegagalan. Ia mencoba menggali lebih dalam tentang unsur kimia dan jenis plastik kresek.

Pelukis ingin berpesan bahaya limbah plastik untuk lingkungan (Zainul Arifin/Liputan6.com)

Pesan Bahaya Plastik

Butuh satu tahun Masari bereksperimen, dimulai dari memilah jenis plastik. Ada jenis termoplastik yang mudah leleh jika dipanaskan dan cepat mengeras bila dingin. Serta jenis termoset atau sulit dibakar dan dihancurkan.

“Karya saya menggunakan jenis termoplastik dengan pembakarannya menggunakan alat bakar gas pemantik,” ujar Masari.

Usai memastikan jenis plastik dan alat bakar, Masari hanya butuh tiga bulan untuk berkarya. Satu lukisan bisa dikerjakan antara tiga hari sampai dua minggu, tergantung kerumitan dan ukuran. Proses pengerjaan kolase disebutnya lebih mudah.

Melalui pameran lukisan tunggal berjudul ‘Unconventional’ ini, Masari ingin menyampaikan pesan. Berkarya bisa lewat medium apa saja, mengeksplorasi plastik salah satunya. Sekaligus mengingatkan bahaya plastik itu sendiri.

“Jika dibuang begitu saja, puluhan tahun belum tentu hancur. Secara kimia ada yang mudah leleh, tidak aman untuk kesehatan kalau difungsikan sebagai kantong makanan,” tutur Masari.

Ia mencontohkan, botol maupun gelas plastik sulit untuk dibakar. Limbah jenis ini harus didaur ulang untuk kemudian dimanfaatkan sebagai produk sejenis atau lainnya. Namun, belum semua masyarakat memiliki kesadaran bahaya plastik untuk lingkungan dan kesehatan.

“Harapannya saya, lewat karya ini setiap orang bisa memahami plastik adalah bahan yang berbahaya,” katanya.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya