Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina, menemukan ada beberapa penyebab terjadinya kelangkaan elpiji 3 kilogram (kg) di pasaran. Salah satunya, penyerapan elpiji 3 kg yang tak sesuai peruntukan bagi warga miskin.
"Tingginya permintaan terhadap LPG 3 kg bersubsidi ini ditengarai akibat penggunaan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Hal ini diperkuat dengan adanya temuan di lapangan bahwa LPG 3 kg bersubsidi digunakan pengusaha rumah makan, laundry, genset, dan rumah tangga mampu," ujar VP Corporate Communication, Adiatma Sardjito dalam keterangannya, Jumat (8/12/2017).
Baca Juga
Advertisement
Berdasarkan data penyaluran harian LPG 3 kg bersubsidi, hingga akhir November 2017 lalu, realisasi penyaluran mencapai 5,750 juta MT, atau 93 persen dari kuota yang ditetapkan pada APBN-P 2017 sebesar 6,199 juta MT.
"Sampai dengan akhir Desember 2017, penyaluran LPG 3 kg bersubsidi diperkirakan akan melebihi kuota sekitar 1,6 persen di atas kuota APBN-P 2017 tersebut," tambah Adiatma.
Dia mengaku, Pertamina bersama Pemda dan Hiswana Migas, melakukan upaya pengamanan ketersediaan LPG 3 kg bersubsidi pada periode awal Desember 2017.
Upaya tesebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasokan LPG 3 kg bersubsidi di masyarakat dengan melakukan pemeriksaan lapangan, operasi pasar, dan penambahan pasokan di sejumlah titik yang diduga terjadi kelangkaan pada periode awal Desember 2017.
Menjawab kondisi tersebut, Pertamina memastikan bahwa ketahanan stok nasional LPG berada pada kondisi aman yaitu 18,9 hari di atas stok minimal 11 hari.
Namun dari pantauan di beberapa lokasi yang menjadi target operasi pasar sejak Senin (4/12/2017), ada beberapa titik yang ternyata sepi peminat.
Salah satunya adalah operasi pasar yang digelar di Paledang, Bogor pada Kamis (7/12/2017) yang menunjukkan bahwa wilayah tersebut sudah tercukupi.
Tonton Video Pilihan Ini:
Polisi Bakal Usut Kelangkaan Elpiji 3 Kg di Jakarta
Kelangkaan gas Elpiji 3 kg mulai meresahkan masyarakat Ibu Kota. Mendalami adanya dugaan oknum, Polda Metro Jaya menyatakan siap mengonfirmasi hal terkait kepada pihak bersangkutan.
"Nanti kita tanyakan ke Pertamina ya, nanti keterangan akan kita sampaikan," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Kamis (7/12/2017).
Menurut Argo, sulitnya menemukan gas elpiji 'si melon' karena pihak produsen mengalokasinnya ke tabung 5 kg. Langkah ini diambil lantaran banyak konsumen bukan dari golongan mampu turut menikmati gas ukuran tersebut.
"Seperti apa yang kita komunikasi dengan pihak pertamina, kan 3 kilo untuk membantu masyarakat kurang mampu. Ternyata setelah dilakukan penelitian di lapangan, orang berpunya pun menggunakan itu. Makanya Pertamina mengalihkan yang 5 kg pengiriman ke Jakarta," Argo menutup.
Sementara di Bogor, Jawa Barat, gas elpiji 3 kilogram di sejumlah wilayah Kota dan Kabupaten masih langka dalam dua pekan terakhir.
Operasi pasar yang digelar PT Pertamina melalui Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Bogor diserbu warga. Mulai dari kalangan ibu rumah tangga, bapak, remaja hingga anak-anak rela mengantre untuk mendapatkan gas melon ini.
Bahkan seorang pegawai negeri sipil (PNS) pun turut mengantre untuk mendapatkan gas bagi masyarakat kurang mampu.
Seperti operasi pasar di Jalan Paledang, Kelurahan Paledang, Kota Bogor, Kamis (7/12/2017) pagi. Seorang PNS yang diketahui bertugas di Kelurahan Paledang ini ikut mengantre di antara deretan warga yang membawa tabung kosong gas elpiji 3 kg.
Advertisement