Fosil Angsa Purbakala Berkuku dan Bertaring Tajam Ditemukan

Fosil angsa purbakala ini tergolong dalam hewan semiakuatik yang mampu hidup di dua alam.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 09 Des 2017, 06:10 WIB
Gambaran angsa purbakala yang diperkirakan hidup sekitar 75 juta tahun yang lalu (AP)

Liputan6.com, New York - Baru-baru ini, sebuah fosil penemuan menyerupai angsa yang diseludupkan mengungkap fakta mengejutkan. Hewan unggas yang dikenal memiliki selaput kaki ini membuat bingung para ilmuan karena fosil itu menujukkan adanya cakar dan moncong angsa yang begitu tajam

Dilansir dari laman News.com.au, Jumat (8/12/2017), para ilmuan menjuluki fosil ini sebagai 'swanasaurus' yang diyakini hidup di Bumi sekitar 75 juta tahun yang lalu.

Hewan yang tergolong dalam jenis semiaquatic (hidup di dua alam) dipercaya oleh ilmuan memiliki sirip dan panjang kaki seperti burung unta. Dengan postur seperti ini, membuat swanasaurus mahir ketika bergerak di air dan darat.

"Ini adalah binatang yang aneh," kata Dennis Voeten, seorang peneliti plaeontologi di Palacky University, Republik Ceko.

"Makhluk ini punya tinggi badan sekitar 45 sentimeter ," tambahnya.

Sama halnya dengan Voeten, Andrea Cau seorang ahli paleontologi di University of Bologna juga terkejut ketika melihat fosil ini untuk yang pertama kali.

"Fosilnya begitu lengkap dan dipelihara dengan baik. Penemuan ini tentunya akan membuat kerja para ahli paleontologi lebih bergairah."

Namun, Cau begitu prihatin dengan maraknya kasus penyeludupan fosil peninggalan purbakala. Termasuk swanasaurus yang hendak diseludupkan keluar dari Mongolia.

Meski demikian, ia menyebut penelitian ini akan jadi terobosan bagi ilmuan apabila berhasil mengungkap banyak fakta seputar fosil tersebut.

Selain hidup secara semiakuatik, angsa purbakala yang punya ukuran tubuh sama dengan kalkun ini tergolong sebagai hewan pemakan daging (karnivora) yang mampu berenang.

"Hal yang membuat penemuan ini spesial adalah tampilan dan bentuknya yang begitu aneh," ujar Vincent Fernandez, ahli paleontologi di European Synchrotron Radiation Facility.

"Ketika peneliti sudah mengumpulkan karakteristik fosil hewan tersebut, maka akan tergambar bahwa hewan ini dapat berlalu di darat dan berenang di air," tambahnya.

 


Penemuan Fosil Purbakala Lainnya

Pada tahun 2015, seorang petani kedelai bernama James Bristle membuat penemuan yang mengejutkan. Di perkebunan miliknya yang terletak di Michigan, James menemukan sebuah tulang rusuk yang begitu besar.

Mendengar hal tersebut, ahli paleontologi dari University of Michigan datang untuk meneliti. Saat itu mereka kaget bukan main. Pasalnya, telah ditemukan tengkorak dan tulang mammoth kuno yang sangat besar.

Paleontologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari mengenai sejarah kehidupan di bumi dan tanaman serta hewan purba berdasarkan fosil yang ditemukan di bebatuan.

Dilansir dari laman Newsweek.com, baru-baru ini kelompok paleontologi tersebut kembali datang ke perkebunan dan menemukan lebih banyak tulang-belulang.

Tak hanya penemuan saja, beberapa informasi berhasil dihimpun. Ternyata, dari kajian menunjukan bahwa ada manusia purba kala yang tinggal di wilayah tersebut dan diduga telah berburu mammoth untuk dikonsumsi dagingnya.

Daniel Fisher, ahli paleontologi di University of Michigan mengatakan, untuk sementara informasi hanya berkutat pada dugaan sementara.

Dugaan lain yang mengejutkan banyak pihak adalah cara yang digunakan manusia purba untuk menyimpan pasokan daging mammoth untuk dikonsumsi kembali.

Fisher menduga, manusia purba itu menyembunyikan pasokan daging dan tulang di dasar lobang besar. Kemudian daging itu ditimbun dengan tanah yang dilapisi oleh bebatuan.

Hal semacam ini dilakukan agar hewan buas lain tak mudah menggali atau mengais daging tersebut.

"Cara seperti ini benar-benar bekerja. Di luar perkiraan kita semua," ujar Fisher.

Dalam penemuan tersebut, para peneliti juga menemukan ada bekas luka kapak di bagian tengkorak mammoth. Hal ini menunjukkan bahwa lewat cara inilah manusia purba melumpuhkan hewan raksasa tersebut.

"Ini bukan cara biasa. Mereka adalah 'Tukang Potong Daging' yang sangat ulung," ujar Fisher.

Bekas luka pada bagian tengkorak mammoth mengindikasi adanya penggunaan alat, diduga kapak.

Penemuan ini tentu menjadi kajian baru yang akan terus diteliti oleh pihak University of Michigan. Diharapkan penemuan ini dapat memberi manfaat dalam urusan pendidikan tinggi.

Selain penemuan tulang mammoth, para peneliti juga percaya bahwa wilayah Michigan sebagai rumah bagi manusia purba (orang-orang Clovis) sekitar 13 ribu tahun yang lalu.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya