PM Israel Klaim Sejumlah Negara Akan Ikuti Jejak AS

PM Benjamin Netanyahu mengklaim sejumlah negara akan mengikuti jejak AS dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 08 Des 2017, 14:04 WIB
Warga Palestina berjalan melewati toko-toko yang tutup di kota Nablus, Tepi Barat, (7/12). Usai Presiden AS, Donald Trump mengumumkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel suasana sepi terlihat di kawasan tersebut. (AFP Photo/Hazem Bader)

Liputan6.com, Tel Aviv - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa pihaknya menjalin komunikasi dengan para pemimpin dunia lainnya yang ingin mengikuti jejak Amerika Serikat dalam mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

"Kami sudah menjalin komunikasi dengan negara-negara lainnya yang akan membuat pengakuan serupa," ujar Netanyahu saat berpidato di Kementerian Luar Negeri Israel pada Kamis kemarin seperti dikutip dari independent.co.uk pada Jumat (8/12/2017).

Namun, Netanyahu tidak menyebutkan negara mana saja yang dimaksudnya. Ia hanya menyatakan bahwa "waktunya telah tiba" dan negara-negara lain akan memindahkan kedutaan besar mereka ke Yerusalem.

Rumor yang berkembang menyebutkan bahwa negara-negara yang dimaksud Netanyahu adalah Republik Ceko, Hongaria, Filipina dan India.

Pernyataan Presiden Donald Trump pada hari Rabu yang secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel mengejutkan banyak pihak, termasuk sekutu terdekat AS. Namun dari semuanya, yang paling bergembira adalah PM Netanyahu.

Merespons pidato Trump, Netanyahu mengatakan bahwa Presiden ke-45 AS itu "telah mengikatkan diri selamanya" pada sejarah Yerusalem dengan mengakui kota tersebut sebagai ibu kota Israel.

Adapun Presiden Palestina Mahmoud Abbas menegaskan bahwa langkah tersebut menandakan sebuah "penarikan diri" AS sebagai perantara dari proses perdamaian Arab-Israel.


Hamas Serukan Intifadah Baru

Menanggapi pidato pengakuan Trump atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel, pemimpin faksi Hamas di Gaza, Ismail Haniyeh menyerukan agar dilancarkannya intifadah baru. Kelompok itu juga menyerukan hari Jumat diperingati sebagai "hari kemarahan" di Palestina.

Kebijakan Trump juga memicu bentrokan antara pemuda Palestina dan tentara Israel di Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Jalur Gaza. Aksi protes diperkirakan masih akan berlanjut setelah salat Jumat.

Sementara itu, menyusul rencana unjuk rasa usai salat Jumat yang dikhawatirkan berujung ricuh, Israel mengerahkan beberapa batalion militer tambahan ke Tepi Barat.

Israel menduduki Yerusalem Timur sejak Perang 1967 dan pada 1980 Tel Aviv mencaploknya dan mengklaimnya sebagai domain eksklusif mereka. Di bawah hukum internasional, Yerusalem dianggap sebagai wilayah yang diduduki.

Versi Israel, Yerusalem yang merupakan kota suci tiga agama, Yahudi, Islam dan Kristen adalah ibu kota abadi dan tak dapat dibagi. Sementara, Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan.

Selama kampanye Pilpres AS tahun lalu, Trump menyatakan dukungan kuatnya bagi Israel. Pada hari pertamanya di Gedung Putih, Trump berjanji akan memerintahkan relokasi Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem -- bentuk teknis atas pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota negara.

Masa depan Yerusalem merupakan isu penting dalam konflik Israel-Palestina. Melalui pidato Trump yang disampaikannya pada Rabu waktu Washington, resmi sudah, AS menjadi negara pertama yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel sejak negara itu mengumumkan pendiriannya pada 1948.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya