Begini Taktik Kaum Yahudi Menyebarkan Propaganda Zionisme

Pesan zionisme disebarkan ke penjuru dunia, disisipkan lewat iklan-iklan dan baliho.

oleh Afra Augesti diperbarui 09 Des 2017, 02:11 WIB
Bendera Israel berkibar di atap bangunan di Kota Tua Yerusalem di seberang Dome of the Rock di kompleks masjid Al-Aqsa, (5/12). Menurut pejabat AS, Presiden AS Donald Trump akan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. (AFP Photo/Thomas Coex)

Liputan6.com, Jakarta - Pada tahun 1930-an, banyak iklan pengusaha Yahudi di Palestina mempromosikan zionisme. Beberapa iklan tersebut dipamerkan di Museum Yahudi di Tefen, Israel.

Dikutip dari Deutsche Welle, Jumat 8 Desember 2017, pameran foto tersebut memajang beberapa iklan propaganda. 

"Kunjungilah Palestina," tulis salah satu iklan. Kata "Palestina" ditulis lebih besar dari yang lainnya, berwarna kuning, mirip dengan jeruk di atasnya.

Meski Agensi Periklanan Yahudi seakan ingin mempromosikan pariwisata melalui poster tersebut, akan tetapi nampaknya 'ada udang di balik batu'.

Konotasi dari lambang 'jeruk', tiga rumah baru, dan tangki air di sebuah pemukiman kecil, bak menggambarkan Al Nakba, kebun dan ladang-ladang pertanian -- terutama zaitun dan jeruk -- yang dihancurkan oleh tentara zionis. Ini baru awalnya saja.

"Datang dan berkontribusilah untuk membangun tanah kami," bunyi poster itu.

Ladang zaitun dan jeruk memerlukan tenaga kerja yang banyak untuk memeliharanya. Al Nakba diratakan dengan tanah untuk menghilangkan jejak keberhasilan orang-orang Palestina dalam menghijaukan tanah itu, demi membuktikan mitos-mitos bahwa Palestina adalah gurun pasir belaka dan orang-orang Yahudi lah yang membangunnya.

Poster itu dirancang oleh Otte Wallish, seorang desainer grafis yang lahir pada tahun 1906 di wilayah Sudetenland -- kini Republik Ceko -- di mana penduduk yang bermukim di sana berbahasa Jerman.

Wallish pernah belajar di Vienna Art Academy, kemudian bekerja di Berlin, kemudian membuka biro iklan di Praha. Pada tahun 1934, ia berimigrasi ke Palestina.

"Wallish adalah seorang zionis sejati," kata Ruthi Ofek, direktur German-Speaking Jewry Heritage Museum di Tefen, Israel utara.

Museum ini menampilkan sebuah pameran periklanan yang dirancang oleh Yekkes, orang Yahudi yang berbahasa Jerman -- yang melarikan diri ke Mandat Britania atas Palestina (sebuah wilayah di Timur Tengah dari 1920 hingga 1948, terdiri atas Yordania, Israel, dan wilayah-wilayah yang diperintah oleh Otoritas Palestina) --  setelah Adolf Hitler merebut kekuasaan di Jerman.

Pameran itu memajang sekitar 40 poster dari 80 sampai 100 produk, termasuk sabun, deterjen, pisau cukur dan krim yang diproduksi antara tahun 1930-an dan 1950-an.

 


Apa Itu Yekke?

Ada sejumlah teori yang menjelaskan etimologi "Yekke".

"Kata Yekke berasal dari singkatan 'JKH', jehudi kshe havana, bahasa Ibrani untuk Yahudi squarehead. Squarehead juga merupakan istilah yang meremehkan orang Jerman," jelas sejarawan Moshe Zimmermann, yang nenek moyangnya adalah Yekke.

Teori paling masuk akal, kata Zimmermann, adalah Yekke mengenakan jaket (disebut "Jacken" dalam bahasa Jerman, J diucapkan dengan suara y), sementara pekerja lain hanya mengenakan kemeja.

"Era kini, Yekke memiliki konotasi positif. Tapi kala itu, Yekke simbol penghinaan," ucap Zimmermann.

"Dulu, mayoritas imigran berasal dari Eropa Timur, mereka mengolok-olok kekhasan orang dari daerah yang berbahasa Jerman. Mereka sangat rajin, tepat waktu, jujur ​​dan konservatif," imbuhnya.

Antara tahun 1933 dan 1941, sekitar 70.000 orang Yahudi dari "German Reich" - termasuk Austria, Sudetenland, Bohemia, Gdansk dan Memel - melarikan diri ke Palestina. Banyak dari mereka yang berprofesi sebagai akademisi, dokter, pengacara, ilmuwan dan pedagang.

"Kapitalisme memainkan peran penting bagi mereka. Dengan semangat kewirausahaan ini, muncul iklan untuk produk, yang mengarah pada impor gaya iklan Jerman," ungkap Zimmermann.


Publisitas untuk Negara Baru

Otte Wallish menggunakan keterampilan yang ia kembangkan di Eropa untuk membuka biro iklan di Tel Aviv. Wallish merancang produk, menghasilkan slogan dan mencetaknya dengan font tertentu sebelum menjualnya ke perusahaan besar yang sering dimiliki keluarga keturunan Jerman.

Di antaranya adalah Osem, yang hingga kini menjadi salah satu produsen makanan terbesar di Israel. Ketika perusahaan itu dibeli oleh Nestlé pada pertengahan 1990-an, tragedi nasional pun muncul. Pasalnya, Osem telah didirikan oleh tujuh pengusaha dan semuanya Yekke.

Ketika ketujuh pengusaha ini mulai membangun Osem, mereka sudah terbiasa dengan produk periklanan. Namun konsep periklanan masih baru di Israel dan belum memiliki makna berarti di Eropa.

"Ini lebih dari sekedar konsumerisme," kata direktur Museum Jewry Heritage, Ruthi Ofek.

"Semua poster iklan dalam pameran terhubung dengan zionisme," lanjutnya.

Misalnya saja rokok yang disebut 'Aliyah', kata yang mengacu pada imigrasi diaspora Yahudi ke Israel. Merek lain adalah 'Atid', yang merupakan bahasa Ibrani untuk masa depan.

"Orang-orang ingin membangun negara baru, dan Anda bisa menemukannya di iklan-iklan tersebut," ucap Ofek.

Itulah yang benar-benar dilakukan Otte Wallish. Ketika pendiri Israel, David Ben-Gurion, membaca Deklarasi Kemerdekaan pada tanggal 14 Mei 1948, kaligrafi dan rancangan naskah dikerjakan oleh Otte Wallish.

Ofek mengungkapkan, ia tidak tahu apakah Wallish dibayar untuk tugas resmi ini.

Otte Wallish meninggal pada tahun 1977 di Tel Aviv. Putrinya, Eri, mengambil alih seluruh aset perusahaan. Dia juga menyimpan poster dan kemasan produk yang dirancang oleh ayahnya, termasuk di antara berbagai memorabilia iklan yang dipamerkan di German-Speaking Jewry Heritage Museum di Tefen.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya