Liputan6.com, Jakarta - Angklung memang menjadi alat musik tradisional Indonesia dengan bentuk dan suara yang khas. Keunikan alat musik berbahan bambu itu pun mampu menarik perhatian dunia. UNESCO menetapkan angklung sebagai warisan budaya non-materi, 2010 lalu.
Namun, upaya lanjutan sangat perlu dilakukan agar status bergengsi dari UNESCO itu dapat dipertahankan. Caranya dengan terus mempromosikan serta melestarikan alat musik asal Jawa Barat ini.
Baca Juga
Advertisement
Atas latar belakang itu, sebuah misi budaya bernama Muhibah Angklung pun dibentuk atas dukungan Bank BJB. Misinya, melakukan perjalanan budaya ke luar negeri untuk memperkenalkan angklung.
Pada 2018 mendatang, misi kebudayaan ini akan menjelajahi Australia demi nama Angklung. Bertajuk "Muhibah Angklung 2018: Menginspirasi Dunia Lewat Angklung, perjalanan akan dimulai di Melbourne.
Setelahnya, konser angklung akan dilanjutkan di beberapa kota lain yakni Canberra, Brisbane, dan Sydney. Perjalanan selama dua minggu ini akan diakhiri di kota Illawarra yang menjadi puncak perjalanan.
Di kota ini, tim Muhibah Angklung 2018 akan berpartisipasi pada Illawarra Folk Festival dan berkompetisi dalam Youth Traditions Awards.
Muhibah Angklung 2016 Sukses di Eropa
Perjalanan budaya ke Australia 2018 mendatang, bukan yang pertama bagi Tim Muhibah Angklung. Sebelumnya, Muhibah Angklung 2016 telah digelar di sejumlah kota Eropa.
Waktu itu, tim mengikuti 4 festival tingkat dunia di Aberdeen (Skotlandia), Westerlo (Belgia), Cerveny Kostelec (Republik Ceko), dan Zakopane (Polandia). Selain itu konser-konser di London (Inggris), Paris (Perancis), Hamburg (Jerman) dan Praha(Rep. Ceko) juga terbilang sukses.
Antusiasme masyarakat Eropa terhadap angklung luar biasa besarnya. Buktinya, dengan standing applause yang diberikan para penonton di hampir setiap pertunjukan. Di festival folklore internasional di kota Cerveny Kostelec, Republik Ceko, tim meraih juara 2 dari 15 negara peserta.
Tim mampu mengalahkan peserta favorit dari Spanyol, Perancis, China, Turki, bahkan tuan rumah Republik Ceko. Di festival folklore pegunungan di kota Zakopane, Polandia, tim meraih “regular distinction for richness and originality of Indonesian music culture”.
Selain itu, penyanyi Muhibah Angklung meraih “regular distinction” untuk kategori solois atas nama Rina Nurhasanah. Tim Indonesia juga meraih juara 1 pada kompetisi menyanyikan lagu Polandia, dan juara 1 (bersama tim Turki) pada kompetisi tarian Polandia.
Dalam kesempatan itu, Direktur of Art dari Festival Zakopane, Agnieszka Gasienica-Giewont memberikanpujian khusus bagi tim Indonesia, sebagai satu-satunya tim di festival yang mendapatkan standing applause. Ini membuktikan bahwa tim Muhibah bukan sajasukses mendapatkan pengakuan dari para juri, tapi juga mendapat sambutan luar biasa penonton.
Kebanggaan terus berlanjut ketika tim juga terpilih sebagai 1 dari 4 negara yang mendapatkan keistimewaan untuk menyelenggarakan National Day. Kesempatan itu membuat musik angklung bisa dipentaskan sehari penuh.
Dalam pemenntasan itu, tarian, nyanyian, makanan, dan baju daerah dari berbagai suku di Indonesia diperkenalkan ke masyarakat setempat.
"Kami memasak 400 porsi, dan semua habis tidak bersisa," kata Maulana Syuhada, Ketua Tim Muhibah Angklung.
Di Aberdeen, Skotlandia tim embali dapat kehormatan sebagai satu-satunya peserta yang memainkan lagu kebangsaannya pada upacara pembukaan. Lagu Indonesia Raya yang penuh semangat dimainkan dengan angklung yang berirama khas.
Bukan hanya bagi masyarakat Eropa saja, tapi angklung juga mendapatkan apresiasi yang begitu baik dari masyarakat Indonesia di Eropa. Bahkan, di KBRIPraha, terlihat beberapa warga Indonesia yang tidak bisa pulang ke Indonesia selama puluhan tahun menitikkan air mata kala mendengarkan lagu-lagu tanah air.
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:
Advertisement