Kisah Pertamina Capai Titik Terluar RI Salurkan BBM Satu Harga

Berdasarkan perkiraan awal, jarak tempuh dari Pelabuhan Pulau Baai menuju Enggano hanya enam jam.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 08 Des 2017, 19:41 WIB
Seorang petugas SPBU mengisi bahan bakar ke salah satu kendaraan di Kuningan, Jakarta, Senin (19/1/2015). (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Liputan6.com, Jakarta - Menyediakan Bahan Bakar Minyak (BBM) di wilayah terdepan, terluar dan terpencil (3T) menjadi tantangan yang cukup berat bagi PT Pertamina (Persero). Alasannya, medan yang harus di tempuh oleh pegawai Pertamina untuk menembus wilayah 3 T begitu berat.

Liputan6.com mendapat berkesempatan untuk ikut bersama dengan Pertamina menempuh rute pengiriman ke titik BBM Satu Harga, di Pulau Enggano, Bengkulu Utara. Kamis (7/12/2017).

Wilayah tersebut merupakan pulau terluar yang terletak di ‎Samudera Hindia.

Berangkat dari Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu, sekitar Pukul 13.00 WIB, dengan menggunakan kapal, awan gelap sudah siap memayungi kapal di depan, Angin kencang dan gelombang ‎menyambut rombongan yang bergerak pasti menuju Enggano.

Kapal harus terus melakukan manuver untuk menghindari terjangan gelombang. Sesekali kemiringan kapal hampir menyentuh 45 derajat. Melopat naik turun karena menghantam gelombang dengan ketinggian hampir 4 meter.

Karena terjangan ombak yang ganas, nahkoda kapal pun memilih untuk tidak melaju lurus dari Baai Bengkulu menuju Enggano. Kapal harus memilih memutar dengan menyusuri perairan Bengkulu untuk mencari celah gelombang untuk menghindari kapal pecah diterjang gelombang.

Berdasarkan perkiraan awal, jarak tempuh dari Pelabuhan Pulau Baai menuju Enggano hanya enam jam. Namun jarak tempuh tersebut dengan catatan kondisi cuaca bersahabat.

Pada kenyataannya, dalam perjalanan kali ini kapal tidak bisa berlabuh di Pulau Enggano meskipun telah menempuh 10 jam.

Nahkoda kapal pun terus berkoordinasi dengan pihak Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMK) di daratan, untuk mendapatkan informasi cuaca.

Dari keterangan yang didapat cuaca buruk akan berlangsung lama. Tak ingin melawan‎ kondisi alam demi keselamatan, akhirnya kapal tidak melanjutkan pelayaran dan memilih untuk menunggu kondisi laut bersahabat.

Direktur Utama Pertamina Elia Massa Maik ‎mengungkapkan, kondisi tersebut merupakan secuil tantangan dalam menjalankan program BBM Satu Harga. Dalam targetnya, program ini bisa beroperasi 154 titik ‎di seluruh Indonesia pada 2019.

"Jadi begitulah tantangan kami di Pertamina untuk bisa melayani 154 titik di Indonesia, tentu penuh dengan perjuangan," jelasnya.

Elia pun meminta dukungan seluruh pemangku kepentingan mendukung program yang bertujuan untuk memberi rasa keadilan bagi masyarakat Indonesia yang bermukim di wilayah 3T.

Program ini sangat penting bagi masyarakat di wilayah 3T karena bisa membuat mereka merasakan BBM dengan harga yang sama dengan wilayah yang mudah diakses.

"Tentunya kami mohon dukungan semua stakeholder. Para bupati, gubernur dan lainnya, kita sama-sama berkomitmen supaya sampai titik ke ujung dengan harga yang sama," ungkap ‎Elia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Biaya membengkak

General Manager Marketing Operation Region (MOR) II Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) Erwin Hiswanto‎ menambahkan, untuk mengantar BBM ke Enggano Pertamina menggunakan mobil tangki, kemu‎dian diangkut kapal carter.

Karena sulitnya medan yang ditempuh membuat biaya pengiriman BBM membengkak Rp 3 ribu per liter.

Biaya tersebut tersebut harus ditanggung Pertamina sendiri, agar masyarakat dapat menikmati BBM jenis Premium dan Solar subsidi dengan harga tetap sama ‎seperti yang ditetapkan pemerintah, yaitu Premium Rp 6.450 per liter dan Solar Subsidi Rp 5.150 per liter.

"Biaya jadi naik Rp 2 ribu sampai Rp 3 ribu per liter. Tapi Pertamina ‎yang menangung," tutupnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya