BPBD Imbau Penambang Pasir Waspadai Banjir Lahar Dingin Semeru

Cuaca ekstrem di sekitar Gunung Semeru meningkatkan potensi terjadinya banjir lahar dingin.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 09 Des 2017, 07:04 WIB
Penambangan Dekat Gunung Semeru. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang, Jawa Timur, rutin memantau sejumlah aliran lahar dingin Gunung Semeru. Hal ini dilakukan karena cuaca di Gunung Semeru masih tergolong ekstrem.

"Jadi untuk potensi lahar di aliran Gunung Semeru itu masih tinggi karena saat ini Gunung Semeru masih berstatus Waspada level 2," tutur Kabid Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Lumajang, Wawan Hasi Siswoyo, Jumat, 8 Desember 2017.

BPBD Lumajang Jawa Timur dan Balai Besar Sungai Brantas Pengendali Lahar Semeru memantau tiga daerah aliran sungai yang menjadi titik aliran lahar dingin Gunung Semeru dan memberikan arahan pada penambang yang mencari pasir semeru.

Ketiga daerah aliran sungai itu adalah Sungai Rejali, Sungai Glidik, Sungai Mujur, dan di sepanjang tiga sungai inilah ribuan penambang pasir menambang pasir Gunung Semeru.

"Jadi tetap kita harus mengantisipasi karena dengan cuaca ekstrem dan dampak siklon Dahlia maka kami mendatangi aliran lahar Semeru dan mengimbau pada penambang dan masyarakat agar tetap berhati-hati," kata Wawan.

Selain cuaca ekstrem, dampak badai Dahlia juga menjadi salah satu alasan petugas melakukan pemantauan secara maraton. "Kalau pun nanti ada mendung sebaiknya jangan menambang dulu karena dikhawatirkan sewaktu-waktu lahar dingin Semeru akan turun," ucapnya.

Selain mengandalkan alat pendeteksi getaran milik pos pantau Gunung Sawur, para penambang juga menggunakan tanda-tanda alam untuk mendeteksi dini terjadinya lahar dingin Gunung Semeru.

"Mendung dan dingin cuacanya. Kadang-kadang di sana mendung tapi di atas gunung cerah dan sebaliknya jika di atas cuacanya petang (mendung tebal), maka kita harus pulang," ujar salah satu penambang pasir Semeru, Sulianto.

 


Kondisi Terkini Gunung Semeru

Penambangan Dekat Gunung Semeru. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Sementara itu, petugas Balai Besar wilayah Sungai Brantas Bagian Pengendali Lahar Gunung Semeru, Arianto menambahkan, jika di gunung api tertinggi di Pulau Jawa itu masih sering terjadi lahar dingin, yang diakibatkan hujan dengan intensitas tinggi mengguyur bagian puncak gunung.

"Kalau banjirnya sewaktu-waktu, tinggal melihat intensitas hujannya yang ada di puncak Semeru. Jadi kalau hujan, banjirnya akan besar," kata Arianto.

Banjir yang paling besar biasanya di Glidik. "Karena arahnya paling besar ada di Das Glidik," ujar Arianto.

Karena lahar dingin ini membawa material gunung, BPBD mengimbau agar warga dan penambang pasir tetap meningkatkan kewaspadaan, terutama saat Gunung Semeru diguyur hujan.

Data terakhir hasil pengamatan Gunung Semeru oleh pos pantau Gunung Sawur pada 7 Desember lalu, tercatat terjadi delapan kali letusan, 19 kali guguran lava, 13 kali embusan, dua kali gempa vulkanik dalam, dan lima kali gempa tektonik jauh, dengan amplitudo rata-rata 15 sampai 18 milimeter.

Bahkan, pada saat malam hari di puncak gunung jelas teramati sinar api setinggi 10 meter dan guguran lava pijar dengan jarak luncur antara 100 sampai 500 meter dari ujung lidah lava. Meski begitu, kini status Gunung Semeru masih Waspada atau Level II.

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya