Israel Serang Hamas di Tengah Ketegangan Soal Yerusalem

Militer Israel menyerang Gaza sebagai bentuk pembalasan atas tiga roket yang ditembakkan dari Gaza ke Israel beberapa hari lalu.

oleh Afra Augesti diperbarui 09 Des 2017, 15:07 WIB
Bentrok warga Palestina dengan tentara Israel di Tepi Barat, Jumat 8 Desember 2017. (AP)

Liputan6.com, Gaza - Militer Israel menyerang sebuah lokasi pembuatan senjata dan sebuah toko amunisi di Gaza, Palestina, Sabtu (9/12/2017) dini hari.

Mereka mengklaim hanya menargetkan sejumlah situs milik kelompok militan Hamas saja. Akan tetapi, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan kepada AFP bahwa sebanyak 25 orang warga Palestina dinyatakan terluka, termasuk di antaranya anak-anak.

Israel menyebut, serangan itu dilakukan sebagai bentuk pembalasan atas tiga roket yang ditembakkan dari Gaza ke Israel beberapa hari lalu.

Sistem anti-rudal Iron Dome Israel berhasil mencegat satu rudal. Namun, satu rudal telah lolos dan dideteksi mendarat di padang gurun. Sedangkan satu lagi mengenai bagian selatan kota Sderot.

Meski demikian, tak ada korban jiwa dalam serangan itu.

"Serangan ini merupakan serangan balasan terhadap proyektil yang menembaki Israel dari Jalur Gaza hari ini, pesawat Angkatan Udara Israel menargetkan sebuah kompleks pelatihan Hamas dan sebuah gudang amunisi di Jalur Gaza," kata militer Israel melalui sebuah pernyataan berbahasa Inggris, seperti dikutip dari Al Arabiya, Sabtu (9/12/2017).

Militer Israel menegaskan bahwa Hamaslah yang harus bertanggung jawab atas kemunculan tiga rudal itu. Mereka menambahkan, sasaran utama serangan balasannya adalah "dua pos teror". Namun, mereka tak merinci dua tempat itu.

Sementara itu, dalam bentrokan yang terjadi pada Jumat, 8 Desember 2017, malam di Jalur Gaza utara, dua warga Palestina dilaporkan tewas.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, Ashraf al-Qudra mengatakan, kematian Maher Atallah (54) disebabkan oleh luka parah yang dialaminya saat bentrokan. Sedangkan seorang pria lainnya, identitasnya tidak disebutkan.

Israel telah menempatkan pasukan tambahan di Tepi Barat untuk mengantisipasi kekerasan, setelah para pemimpin Palestina menyerukan demonstrasi usai salat Jumat.

Petugas medis Palestina menlaporkan, sebanyak 217 warga Palestina terluka dalam konfrontasi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

 


Ketegangan Israel dan Palestina Kian Memanas

Ketegangan antara Israel dan Palestina kembali terjadi sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Pernyataan Trump tersebut mengejutkan Palestina. Pemimpin Hamas menyerukan adanya intifada baru atau pemberontakan.

Israel selalu menganggap Yerusalem sebagai ibu kotanya, sementara Palestina mengklaim Yerusalem Timur -- yang diduduki oleh Israel dalam perang 1967 -- sebagai ibu kota abadi Palestina.

Sebelumnya pada hari Jumat, Fathi Hammad, seorang pemimpin senior Hamas, mengatakan bahwa setiap negara yang ingin memindahkan kedutaannya ke Yerusalem adalah musuh orang-orang Palestina.

Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, menyampaikan suaranya di hadapan Dewan Keamanan PBB. Ia menegaskan bahwa apa yang dinyatakan oleh AS sudah jelas, Yerusalem adalah ibu kota Israel.

Dia menambahkan, AS akan terus berkomitmen untuk mencapai kesepakatan damai. Akan tetapi di sisi lain, dia menuduh PBB bias mengenai Israel.

"Israel tidak akan pernah, dan tidak seharusnya, diintimidasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa atau oleh kumpulan negara-negara yang telah membuktikan ketidakpedulian mereka terhadap keamanan Israel," kata Haley, sepertu dimuat dari BBC.

Di tempat lain, demonstrasi menentang pengumuman Trump telah menyebar.

Ribuan pendemo pro-Palestina menggelar aksi unjuk rasa di Yordania, Mesir, Irak, Turki, Tunisia dan Iran.

Demonstrasi juga terjadi di negara-negara Asia seperti di Malaysia, Bangladesh, Pakistan, Afghanistan, Kashmir  -- yang dikelola India -- dan Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah Muslim.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya