Misteri 'Kapal Hantu' Korea Utara yang Terdampar di Jepang

Perahu kayu sederhana beberapa kali ditemukan terdampar di Jepang. Diduga, kapal itu berasal dari Korea Utara.

oleh Afra Augesti diperbarui 09 Des 2017, 19:12 WIB
Pejabat Jepang berkumpul dekat sebuah kapal yang terdampar di pantai Oga, Akita. Pihak berwenang menemukan delapan mayat di perahu asing tersebut. (AP)

Liputan6.com, Tokyo - Sejak tahun 2011 hingga kini, tercatat ada lebih dari 400 perahu nelayan tradisional dari Korea Utara terdampar di perairan Jepang. Sebagian besar membawa jasad hingga kerangka manusia, sehingga dijuluki 'kapal hantu'.

Pihak berwenang Jepang mengatakan, total ada 18 jenazah yang ditemukan dalam kapal hantu tersebut sepanjang tahun ini, sedangkan 42 orang dinyatakan selamat.

Bulan ini, empat kapal terdampar di pantai barat Jepang. Beberapa di antaranya berisi jasad manusia.

Sementara, otoritas masih belum bisa mengonfirmasi asal-usul keempat kapal itu. Diduga, kapal-kapal tersebut adalah milik nelayan Korea Utara.

Delapan kerangka manusia ditemukan di lambung kapal kayu yang mendarat di pantai Miyazawa, di barat laut pulau utama Jepang, Honshu.

Kapal hantu yang terdampar di pantai Oga, Akita. (AP)

Penjaga Pantai Akita mengatakan, kapal asing itu terlihat terombang-ambing di laut lepas pada hari Jumat, 7 Desember 2017. Setelahnya, ombak membawa kapal tersebut ke tepian pantai.

Pejabat belum mau memastikan bahwa kapal tersebut berasal dari Korea Utara, mengingat tahun-tahun sebelumnya serentetan kasus serupa telah terjadi di Jepang.

Satoru Miyamoto, seorang profesor di Universitas Seigakuin dan seorang ahli di Korea Utara, mengungkapkan bahwa jumlah kapal yang terdampar di pantai Jepang terus meningkat sejak 2013.

"Insiden ini terjadi setelah Kim Jong-un memutuskan untuk memperluas industri perikanan. Cara ini ia gunakan untuk meningkatkan pendapatan militernya. Mereka menggunakan kapal tua yang diawaki oleh militer, oleh orang-orang yang tak memiliki pengetahuan tentang penangkapan ikan," kata Miyamoto, seperti dikutip dari CNN, Sabtu (9/12/2017)

"Ini akan terus berlanjut," imbuhnya.

Berikut data yang diperoleh berdasarkan laporan petugas berwenang Jepang:

. 15 November: tiga warga Korea Utara diselamatkan oleh penjaga pantai Semenanjung Noto di Ishikawa.

. 17 November: empat jenazah ditemukan dalam kapal sebuah kapal yang terdampar di lokasi yang sama.

. 23 November: delapan warga Korea Utara diselamatkan setelah sebuah kapal terdampar di Akita.

. 27 November: delapan kerangka manusia ditemukan di dalam lambung kapal di pantai Akita.

 


Dijuluki 'Kapal Hantu'

Mereka dijuluki kapal hantu karena tak ada armada atau hanya berisi mayat saat ditemukan terdampar di pantai Jepang.

Pada November 2017, delapan orang ditemukan hidup-hidup di sebuah perahu di Yurihonjo. Mereka mengaku sebagai nelayan dari Korea Utara yang menemui kendala saat melaut.

Sebagian besar kapal yang ditemukan telah usang, sangat sederhana, dan tanpa mesin modern atau navigasi.

Awalnya, tak jelas dari mana asal muasal kapal itu. Namun, beberapa pengamat menduga, itu adalah kapal nelayan Korea Utara yang mencari kepiting, cumi-cumi dan sandfish.

Di kapal itu, ditemukan beberapa tanda. Tanda itu mengindikasikan mereka adalah anggota militer Korea Utara yang terlibat dalam industri perikanan.

Salah satu perahu yang diselamatkan pada bulan November memiliki sebuah plakat. Ini membuktikan bahwa kapal itu milik militer.

Maka, tidak heran jika tidak ada pemberitahuan tentang kapal hilang dari Korea Utara.

 

Teka-Teki Penyebab Meninggalnya Kru Kapal

Saat kapal berisi jenazah terdampar, pejabat Jepang biasanya mencoba menyelidiki penyebab kematiannya. Tapi karena mayat-mayat itu cenderung dalam kondisi terurai, petugas jadi susah mengidentifikasi.

Selama musim dingin dan persediaan makanan di kapal yang terbatas, kelaparan diduga menjadi faktor utama kematian mereka.

Ditambah, jenis kapal yang mereka gunakan adalah perahu kayu yang sudah tua, berat dan tidak memiliki mesin modern GPS.

Jika mereka memberanikan diri untuk berlayar lebih jauh, mereka akan kehilangan arah atau sukar melawan arus besar, meski mereka tahu kemana harus pergi.

 

Apakah Mereka Pembelot? Atau Mata-mata?

Sudah banyak anggapan bahwa para nelayan tersebut adalah pembelot yang berusaha menyeberangi Laut Jepang.

Tujuannya, tak lain, adalah untuk melepaskan diri dari rezim Kim Jong-un. Namun, ada beberapa kru kapal yang minta dipulangkan ke negara asalnya.

Spekulasi mengenai mereka adalah mata-mata, juga tak mungkin. Di samping masih ada yang hidup, sebagian besar kapal kosong atau berisi mayat.

Akan tetapi, mirisnya yaitu kru yang diselamatkan pada bulan November justru mencoba menjarah tempat perlindungan mereka. Tempat penampungan kapal (shelter) Jepang ditemukan rusak dengan peralatan yang hilang, termasuk penanak nasi dan televisi.

Ketika kejadian itu terlihat oleh penjaga pantai, orang-orang Korea Utara tersebut buru-buru membuang barang curiannya dari kapal mereka. Menurut media Jepang, para pelaut kemudian mengakui bahwa mereka telah mencuri peralatan dari pondok pengungsian.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya