Presiden Iran Bersedia Pulihkan Hubungan dengan Saudi Asal...

Presiden Iran Hassan Rouhani menyatakan siap memulihkan hubungan dengan Arab Saudi, tapi dengan beberapa catatan.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Des 2017, 09:36 WIB
Presiden Iran Hassan Rouhani (AFP)

Liputan6.com, Teheran - Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, Iran bersedia memulihkan hubungan dengan Arab Saudi jika negara itu bersedia menghentikan serangan ke Yaman.

Dia juga menduga Saudi memiliki hubungan "rahasia" dengan Israel, dan memintanya untuk memutuskan hubungan tersebut.

Dalam pidato yang disiarkan pada Minggu, 10 Desember, Rouhani mengatakan kedua negara dapat memiliki hubungan baik di kawasan Timur Tengah, jika saja pihak Saudi sudi mengakhiri "pertemanan sesat mereka" dengan Israel dan menghentikan pengeboman di Yaman.

Arab Saudi sendiri memerangi pemberontak Houthi di Yaman yang bersekutu dengan Iran.

Sebelumnya, Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran pada Januari 2016 setelah para demonstran di Teheran menyerang misi diplomatik Saudi.

Peristiwa itu dipicu tindakan Saudi yang menghukum mati seorang ulama terkemuka Syiah pengkritik pemerintah.

Ketegangan meningkat lagi bulan lalu, setelah Houthi menembakkan misil balistik yang dicegat di dekat ibu kota Riyadh.

 


PM Israel: Diam-Diam, Kami Menjalin Kerja Sama dengan Negara Arab

Belum lama ini, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengungkap, diam-diam, Israel menjalin kerja sama dengan sejumlah negara Arab. Netanyahu juga berharap bahwa hubungan itu akan semakin berkembang.

Pernyataan PM Netanyahu datang setelah Jajaran Staf Israeli Defense Force (IDF)--angkatan bersenjata Israel--mengatakan Tel Aviv siap untuk berbagi informasi intelijen dengan Arab Saudi dan Iran.

"Kerja sama positif dengan negara Arab bersifat rahasia dan dilaksanakan secara konstan di bawah tangan," kata Netanyahu pada Kamis, 23 November kemarin.

"Saya percaya bahwa hubungan itu (dengan negara Arab) akan terus berkembang dan menghasilkan hasil positif untuk perdamaian. Tetangga akan saling bekerja sama. Jika tidak, maka mereka harus bekerja sama dengan pihak asing," ucapnya.

Pekan lalu, Menteri Energi Israel, Yuval Steinitz, juga mengonfirmasi kontak klandestin Tel Aviv dengan negara Arab.

"Kami memiliki ikatan yang memang sebagian tertutup dengan banyak negara Muslim dan Arab, dan kami tidak malu akan hal itu," kata Steinitz.

Sang menteri berpendapat, hubungan semacam itu, "demi menjaga ketenangan di antara negara di kawasan. Dengan kami, biasanya tak ada masalah. Tapi kami menghormati keinginan pihak negara lain. Kami selalu merahasiakannya."

Selama beberapa waktu terakhir, Israel tengah mengejar pemulihan relasi dengan berbagai negara di Teluk Arab dan negara Muslim lain di kawasan. Alasannya, demi kepentingan bersama dalam hal penanganan keamanan di kawasan.

Sedangkan pada awal November 2017 lalu, Kepala Staf IDF, Letjen Gadi Eizenkot mengatakan kepada koran Saudi Alaf bahwa negaranya siap untuk berbagi informasi intelijen dengan Riyadh maupun Teheran.

Saat ini, relasi diplomatik Israel dengan negara di kawasan hanya terjalin dengan Mesir dan Yordania. Sementara negara Arab lain bersikukuh untuk tidak menjalin hubungan apapun dengan Tel Aviv, hingga Israel menarik diri dari wilayah Palestina yang diduduki usai Perang Enam Hari 1967.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya