Liputan6.com, Jakarta - Seiring terus berkembangnya teknologi, tentu menjadikannya semakin tak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia masa kini. Terlebih, banyak manfaat yang ditawarkannya.
Namun, meski banyak manfaat yang ditawarkan, berkembangnya teknologi ternyata dapat menyebabkan kerugian bagi para penggunanya, seperti misalnya penggunaan smartphone yang terlalu sering terhadap anak dapat berbahaya bagi mata dan otak.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari laman Businessinsider.sg, Senin (11/12/2017), sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa risiko depresi anak dapat melonjak 27 persen saat dia sering menggunakan media sosial. Anak-anak yang menggunakan smartphone setidaknya tiga jam sehari jauh lebih mungkin untuk bunuh diri.
Penelitian terbaru telah menemukan tingkat bunuh diri remaja di AS sekarang menggoncangkan tingkat pembunuhan, dengan smartphone sebagai motor penggerak.
Oleh karena itu, ada baiknya penggunaan smartphone dapat diatur dan dapat bijak dalam menggunakannya. Dan ada baiknya pula penggunaan ponsel dapat diawasi oleh orang tua agar dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan pada anak.
Sebenarnya, telah banyak tulisan risiko penggunaan smartphone secara berlebihan. Namun tetap saja banyak orang tua yang membebaskan anak-anaknya menggunakan teknologi secara berlebihan, dan membuatnya terjebak dalam media sosial yang rentan akan tindak kriminal.
Namun, meski demikian, ternyata tak semua orang tua seperti itu. Clement dan Miles berpendapat bahwa dua tokoh teknologi terbesar dalam sejarah, yaitu Bill Gates dan Steve Jobs justru jarang membiarkan anak-anak mereka bermain dengan produk yang mereka bantu ciptakan.
Membatasi teknologi yang dipakai anak
Pada 2007, Bill Gates, mantan CEO Microsoft, menerapkan aturan ketat pada saat putrinya mulai terikat dengan video game. Dia juga tidak membiarkan anak-anaknya mendapatkan smartphone sampai mereka berusia 14 tahun.
Bill Gates tidak mengizinkan anak-anaknya memiliki ponsel sampai mereka berusia 14 tahun, karena takut akan efek dari terlalu banyak menatap layar.
Hal demikian ternyata juga berlaku pada Steve Jobs, yang merupakan CEO Apple. Jobs mengungkapkan bahwa dia melarang anak-anaknya menggunakan iPad yang baru dirilis. "Kami membatasi berapa banyak teknologi yang digunakan anak-anak di rumah," kata Jobs kepada reporter Nick Bilton dalam wawancara New York Times tahun 2011.
Dengan demikian, Clement dan Miles dapat menyimpulkan bahwa orang tua di Silicon Valley yang tampaknya memahami kekuatan adiktif dari smartphone, tablet, dan komputer lebih banyak daripada masyarakat umum-- justru tidak membiarkan anaknya terlalu bergantung dengan teknologi.
Selain itu, sejumlah sekolah Silicon Valley khusus, seperti Sekolah Waldorf, sangat berteknologi rendah. Mereka menggunakan papan tulis dan pensil. Alih-alih belajar kode, anak-anak diajari soft skill kerja sama dan rasa hormat. Di Brightworks School, anak-anak belajar kreativitas dengan membangun sesuatu dan menghadiri kelas di rumah pohon.
Lalu, bagaimana dengan Anda?
Advertisement