Liputan6.com, Kuala Lumpur - Pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel menuai kontroversi. Dunia pun bereaksi mengutuk keputusan tersebut. Salah satunya datang dari Malaysia.
Malaysia lewat pernyataan tertulis dari Kementerian Luar Negeri mengatakan keprihatinannya dengan langkah Trump.
Kemlu Malaysia menyatakan bahwa isu Yerusalem merupakan inti dari konflik dan mendesak seluruh negara anggota PBB untuk tidak mengakui adanya perubahan di garis-garis tapal batas 1967, termasuk sehubungan dengan Yerusalem.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari CNBC pada Senin (11/12/2017), usai mengutuk keputusan Donald Trump, Malaysia juga bersiap mengirim pasukan militernya ke Yerusalem. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Pertahanan Hishammuddin Hussein pada akhir pekan lalu.
"Kami siap menerima perintah dari Commander-in-Chief dari Angkatan Darat kami untuk mengirim pasukan bagi Yerusalem,... jika diperlukan," kata Hussein.
Menurut Menteri Hussein, pengakuan Trump itu merupakan tamparan keras bagi muslim. Meski siap mengerahkan pasukan, dia berharap krisis di Yerusalem tak meluas.
Keputusan dramatis Washington terhadap Yerusalem memicu sejumlah demonstrasi di berbagai belalah dunia termasuk Turki, Mesir, Tunisia, hingga Irak dan tak terkecuali Indonesia.
Pada Minggu lalu, sejumlah massa melakukan demonstrasi di depan Kedutaan Besar AS di Jakarta, mengkritik kebijakan AS soal Yerusalem dengan membawa spanduk bertuliskan "Palestina ada di hati kita".
PM Israel di Atas Angin
Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu sesumbar kalau warga Palestina harus menerima kenyataan soal Yerusalem.
Ia mengimbau kepada seluruh penduduknya agar pasrah sehingga pihaknya bisa melanjutkan proses perdamaian solusi dua-negara (two-state solution).
Semakin cepat warga Palestina menerima kenyataan ini, semakin cepat kita (Israel dan Palesrina) bergerak menuju perdamaian," ujar Netanyahu dalam sebuah pidato di Paris, Prancis, seperti dikutip dari BBC.
Pidato yang ia sampaikan usai bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan bahwa upaya untuk menolak koneksi orang-orang Yahudi ke Yerusalem adalah sesuatu yang tidak masuk akal.
"Anda bisa membacanya dalam sebuah buku yang sangat bagus -- yang disebut Alkitab," katanya.
"Anda bisa mengetahui sejarah bangsa Yahudi melalui seluruh diaspora kita.... Di mana lagi ibu kota Israel selain di Yerusalem?" lanjutnya.
Netanyahu menyatakan bahwa Yerusalem telah menjadi ibu kota Israel selama 3.000 tahun dan tidak pernah menjadi ibu kota negara lain.
Pernyataan tersebut ia utarakan di tengah gelombang demonstrasi yang sedang berlangsung di berbagai belahan dunia, terlebih di negara-negara dengan mayoritas berpenduduk muslim dan Arab.
Advertisement