Liputan6.com, Amman - Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu Yordania, Ayman Safadi. Pertemuan yang berlangsung pada 11 Desember 2017 di Kantor Kementerian Luar Negeri Yordania, Amman, itu merupakan rangkaian perjuangan diplomasi Indonesia bagi Palestina.
"Pernyataan unilateral Amerika Serikat mengenai status Yerusalem tidak akan mengubah komitmen kuat diplomasi Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina," demikian disampaikan Retno kepada Safadi dalam pertemuan tersebut, dalam rilis media yang diterima Liputan6.com dari Kementerian Luar Negeri RI.
Salah satu tujuan pertemuan bilateral itu ialah membahas persiapan KTT Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengenai Palestina yang akan diadakan di Istanbul pada 13 Desember 2017. Selain itu, Retno juga melakukan koordinasi terkait langkah diplomasi dalam memperjuangkan status Yerusalem dan kemerdekaan Palestina.
Hal tersebut penting dilakukan dengan Yordania mengingat Raja Yordania adalah Pelayan Situs Suci di Yerusalem. Ia memiliki peran pelindung terhadap situs suci Yerusalem, mewakili kepentingan situs suci Yerusalem di dunia internasional, dan mengatur badan Wakaf di Yerusalem.
Baca Juga
Advertisement
Dalam pertemuan tersebut, Retno juga menegaskan bahwa Presiden RI Joko Widodo mengecam keras langkah unilateral Amerika Serikat yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, di mana langkah tersebut mempertaruhkan upaya proses perdamaian dan perdamaian itu sendiri.
Kepada Menlu Yordania, Retno menyampaikan bahwa masyarakat internasional harus terus berpegang kepada keputusan "status quo" yang telah ditetapkan PBB mengenai status Yerusalem saat ini.
"Kita semua memiliki tanggung jawab moral untuk menghentikan ketidakadilan yang dihadapi rakyat Palestina," tutur Retno.
Dalam kaitan itu, Retno mengajak Yordania memperkuat perjuangan diplomasi, baik secara bilateral maupun multilateral, untuk mencegah negara lain mengikuti jejak AS untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel atau memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem.
Menlu RI juga mengajak Yordania untuk mengambil langkah guna meyakinkan negara-negara yang belum mengakui Palestina untuk melakukannya. Retno juga menegaskan bahwa dukungan terhadap Palestina harus ditunjukkan tidak saja secara politis, tapi juga secara konkret dengan meningkatkan bantuan kemanusiaan, ekonomi, dan peningkatan kapasitas.
KTT Luar Biasa OKI
Terkait dengan persiapan KTT Luar Biasa OKI mengenai Palestina, Menlu RI menyampaikan bahwa Presiden Jokowi akan hadir pada pertemuan tersebut. Hal itu menunjukkan pentingnya isu Palestina tidak saja bagi masyarakat Indonesia, tapi juga komitmen pemerintah RI untuk mendukung kemerdekaan Palestina.
"Tidak akan ada perdamaian yang adil dan hakiki di Timur Tengah sebelum ada kemerdekaan Palestina," tegas Menlu Retno.
Perempuan yang pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Belanda itu lebih lanjut menegaskan bahwa harapan masyarakat di negara-negara OKI sangat besar terhadap hasil KTT Luar Biasa OKI.
Oleh karena itu, Retno mengatakan bahwa KTT OKI harus dapat membulatkan suara dan mempersatukan negara-negara OKI untuk membela Palestina.
Dalam kaitan itu, Retno menyampaikan bahwa KTT OKI harus menghasilkan pesan yang kuat, optimal, dan dapat diimplementasikan terkait penolakan negara-negara OKI terhadap langkah Amerika Serikat. Selain itu, penting bagi OKI untuk menyepakati langkah konkret untuk mendukung kemerdekaan Palestina.
"Negara-negara OKI harus dapat memanfaatkan momen ini tidak saja untuk membulatkan dukungannya terhadap penolakan kebijakan Amerika Serikat, akan tetapi yang lebih penting mendorong agar secepatnya dapat merealisasikan kemerdekaan Palestina,” tegas Menlu Retno.
Advertisement