Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia naik usai melemah di awal sesi. Kenaikan terjadi terpicu penutupan pipa Laut Utara karena perbaikan, dan investor yang fokus pada komoditas menyusul terjadinya ledakan di New York.
Melansir laman Reuters, Selasa (12/2/12/2017), harga minyak mentah Brent ditutup naik US$ 1,29, atau sekitar 2 persen, menjadi US$ 64,69 per barel.
Adapun minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) CLc1 menetap di posisi US$ 57,99 per barel, 63 sen atau 1 persen.
Baca Juga
Advertisement
Rentang harga antara dua patokan minyak mentah ini merupakan yang terbesar sejak akhir Oktober. Ini akibat penutupan pipa di Laut Utara. Pipa ini biasa membawa 450 ribu barel per hari minyak mentah Forties dari Laut Utara ke terminal pengolahan Kinneil di Skotlandia.
"Kekhawatiran tentang pasokan muncul tidak hanya karena pipa tersebut mengangkut sebagian besar produksi minyak mentah Laut Utara, tetapi juga karena kemungkinan diperlukan beberapa minggu sebelum masalah ini selesai," kata Abhishek Kumar, Analis Energi Senior di Global Gas Analytics Interfax Energy, London.
Pasar memperkirakan pipa tersebut akan kembali beroperasi secepatnya, namun mereka terkejut dengan perpanjangan penutupan, menurut John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York.
"Ini adalah jumlah yang signifikan untuk minyak mentah di pasar yang saat ini sangat ketat," kata Kilduff.
Harga minyak mentah Brent dan WTI telah naik lebih dari sepertiga dari posisi terendah pada 2017, mendukung langkah penurunan produksi oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan koalisinya, sejak awal tahun.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: