Liputan6.com, Ponorogo - Tanah retak terdeteksi di sektor B. Warga Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, diminta waspada, terutama saat musim hujan.
"Iya memang ada retakan, di sektor B," tutur Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Kabupaten Ponorogo, Setyo Budiono saat dikonfirmasi Liputan6.com, Senin, 11 Desember 2017.
Menurutnya, retakan tersebut memang membahayakan warga. Ada sekitar 5 KK yang berada di sektor B, sudah diminta waspada dan mengungsi jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
"Warga sudah kami berikan bantuan sembako dan diungsikan ke Hunian Sementara (Huntara)," katanya.
Baca Juga
Advertisement
Dia mengatakan, sejak Jumat, 8 Desember 2017, PVMBG sudah mendatangi wilayah Banaran untuk mengecek langsung kejadian tanah retak.
"Tapi sampai sekarang belum turun surat rekom (rekomendasi)nya," ucap pria yang karib disapa Budi.
Namun, warga hingga saat ini terus mengikuti instruksi yang diberikan oleh BPBD Ponorogo untuk mengungsi. "Warga sudah paham dan mau mengungsi," ujarnya.
Sebelumnya, awal April 2017 lalu, bencana longsor terjadi di Desa Banaran, Kecamatan Pulung. Wilayah yang terdampak longsor dibagi jadi empat sektor, yakni sektor A, B, C, dan D.
Setidaknya ada 28 warga yang hilang akibat tertimbun material longsor. Memasuki musim penghujan, beberapa titik di sektor B mengalami retak dan dikhawatirkan bisa menimbulkan bencana longsor susulan.
Tertimpa Banjir
Hujan dengan intensitas sedang sejak Selasa tengah malam, 28 November 2017, hingga Rabu, 29 November 2017 lalu menyebabkan sebagian wilayah Kabupaten Ponorogo terendam banjir.
Setidaknya ada dua wilayah yang terkena banjir, yaitu Desa Paju, Kecamatan Ponorogo dengan Desa Tatung, Kecamatan Balong.
Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Ponorogo, Setyo Budiono menuturkan pihaknya kini tengah bersiap dengan kondisi dan cuaca ekstrem.
"Desa Paju terdampak paling parah karena banjir sampai memasuki rumah warga dan membuat warga mengungsi ketempat yang lebih aman," tuturnya kepada Liputan6.com, Rabu, 29 November 2017.
Ada 75 warga yang terpaksa harus diungsikan di Masjid Agung Ponorogo menggunakan truk engkol. Pasalnya, warga merasa takut jika banjir terus meninggi bisa mengancam keselamatan jiwa mereka.
Ketinggian air di wilayah ini mencapai 70 cm atau sebatas paha orang dewasa. Pengungsi didominasi ibu-ibu, anak-anak, dan lansia, sedangkan pemuda dan bapak-bapak terlihat bergantian berjaga di rumah masing-masing.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement