Liputan6.com, Charlotte - Sebagian besar orang percaya adanya surga dan neraka. Di sisi lain, ada beberapa orang yang meyakini bahwa tak ada kehidupan lagi setelah seseorang meninggal dunia. Ada banyak versi soal kehidupan setelah mati.
Baru-baru ini, seorang pria mengklaim pernah merasakan kehidupan setelah kematian. Ia adalah Dr Eben Alexander, seorang dokter bedah otak.
Pada 2008, Alexander mengalami koma selama seminggu. Ia mendokumentasikan pengalamannya dalam buku berjudul Living in a Mindful Universe: A Neurosurgeon's Journey Into the Heart of Consciousness.
Dalam buku tersebut Alexander mengklaim merasakan pengalaman seperti sedang naik ke surga, atau peristiwa semacamnya.
Kala itu, ia menderita infeksi otak yang dikenal sebagai meningoencephalitis. Hal itu membuatnya hanya memiliki dua persen kesempatan hidup.
Bahkan, dokter kala itu mengatakan bahwa Alexander akan segera menemui ajalnya. Mereka juga memasang alat bantu agar ia dapat hidup lebih lama.
Di titik kritis itulah ia mulai merasakan pengalaman yang tak biasa.
Baca Juga
Advertisement
Pria berusia 63 tahun itu mengaku bahwa dirinya melihat sinar dari atas dan mulai mendengar suara musik.
"Itu adalah kesatuan yang melingkar, mengeluarkan bunyi musik yang saya sebut Spinning Melody. Cahayanya terbuka seperti dari sebuah robekan," ujar Alexander, seperti dikutip dari Indy100.com, Selasa (12/12/2017).
"Dan saya merasa diri saya melayang melalui robekan itu, sampai ke lembah tanaman hijau subur, di mana air terjun bersinar ke kolam kristal. Ada awan, seperti marshmallow merah muda dan putih."
"Di belakangnya ada langit biru, dengan pepohonan, ladang, hewan, dan manusia. Ada juga air yang mengalir di sungai atau turun seperti hujan," imbuh dia.
Alexander yang juga memublikasikan buku berjudul Proof of Heaven, sangat meyakini adanya kehidupan setelah kematian, termasuk surga dan neraka, serta menunjuk bukti mengenai hal tersebut.
"Pengalaman mendekati kematian sangat banyak. Namun, bukti bagaimana hal itu terjadi hampir tidak ada," ungkap dia.
Hukum Fisika Tak Mendukung Teori Kehidupan Setelah Mati?
Sebelumnya, seorang profesor kosmologi dan fisika di California Institute of Technology mengaku bahwa ia telah tuntas mengupas debat terkait kehidupan setelah kematian, setelah mendalami hukum-hukum fisika secara ekstensif.
Dia mengatakan bahwa, agar bisa ada kehidupan setelah kematian, kesadaran (consciousness) harus terpisah seluruhnya dari tubuh jasmani. Padahal, tidak demikian.
Seperti dimuat dalam situs Express, pada tingkatan paling dasar, kesadaran adalah rangkaian atom dan elektron yang pada hakikatnya memberikan kita pikiran (mind).
Hukum-hukum semesta tidak memungkinkan partikel-partikel untuk terus beroperasi setelah kematian jasmani kita, demikian diutarakan oleh Dr Sean Carroll.
Ia mengatakan, "Sejumlah klaim yang mengatakan terus adanya bentuk kesadaran setelah tubuh kita mati dan meluruh menjadi atom-atom penyusunnya dihadapkan kepada satu kendala."
"Hukum-hukum fisika yang mendasari kehidupan sehari-hari sudah diketahui secara lengkap dan tidak ada caranya dalam hukum-hukum itu yang memungkinkan informasi tersimpan dalam otak kita untuk terus ada setelah kita mati."
Advertisement