Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) saat ini menargetkan jumlah kapasitas seluruh maskapai yang terbang di Indonesia sebanyak 27 juta penumpang pada 2017. Angka ini bakal memiliki kontribusi besar bagi pertumbuhan sektor pariwisata di Indonesia.
Saat ini, pemerintah menggenjot kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Bahkan pada 2018, pemerintah memasang angka 17 juta sebagai target kunjungan wsman.
Untuk mendukung hal itu, ke depannya, maskapai diharapkan untuk bisa ekspansif dan menambah kapasitas seat yang dioperasikannya.
Baca Juga
Advertisement
"Tahun 2019, bahkan kita targetkan kemampuan maskapai itu bisa mengangkut 41 juta seat setiap tahunnya. Ini jelas pertumbuhan yang menggembirakan," tegas Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi dalam Rakornas Kementerian Pariwisata di Kota Kasablanka, Jakarta, Selasa (12/12/2017).
Saat ini, pertumbuhan industri penerbangan selalu lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi indonesia, yaitu sekitar 9 persen. Jelas, pasar yang terus tumbuh ini bisa dijadikan peluang bagi sejumlah maskapai untuk terus berekspansi.
Ia menambahkan, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) saat ini telah menetapkan 19 bandara di Indonesia berstatus internasional. Dengan demikian, target kunjungan wisman 17 juta tersebut bisa didukung dari sektor transportasi udara.
Hanya saja, Budi Karya mengakui, penerbangan dari dan ke Indonesia saat ini belum banyak terkoneksi dengan berbagai negara di dunia. Saat ini mayoritas masih negara-negara asia dan ASEAN.
"Bandara Soetta saja itu sekarang sudah terkoneksi dengan 40 rute ke negara di dunia. Namun, ini masih kalah jika dibandingkan dengam Kuala Lumpur yang sudah lebih dari 100. Ini yang masih harus terus kita tindak lanjuti supaya banyak wisatawan yang mudah ke Indonesia," tutur Budi Karya. (Yas)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Menhub Ajak Maskapai Ekspansi Dukung Sektor Wisata RI
Sebelumnya, untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Indonesia, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mendorong pemilik maskapai penerbangan mewujudkan konektivitas dan mendukung sektor pariwisata.
Hal ini dikatakan Menhub saat berbicara di hadapan para pemilik maskapai penerbangan dalam negeri yang tergabung dalam Indonesia National Air Carrier Association atau INACA, kemarin.
“Setiap konektivitas kita, yang kita lakukan memberikan makna-makna bagi daerah-daerah tertentu, khususnya dunia pariwisata. Penerbangan ini menjadi suatu tumpuan. Hampir 90 persen dari movement dunia wisata itu ditentukan dunia aviasi. Oleh karena itu, saya mengimbau agar dalam diskusi teman-teman (maskapai) di sini bersama-sama menopang sektor pariwisata,” kata Menhub Budi Karya, Jumat 27 Oktober 2017.
Menurut Menhub, sektor pariwisata dapat memberikan manfaat langsung berupa devisa maupun membuka kesempatan kerja bagi masyarakat. Hal ini menjadi fokus Kabinet Kerja Presiden Jokowi untuk meningkatkan kesempatan bagi masyarakat.
“Saya dan teman-teman di kabinet sekarang sedang diminta untuk meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat Indonesia kalau kita mendukung dunia wisata dengan suatu titik-titik tertentu dan kita bahas saling berbagi ada yang pegang Belitung. Ada yang pegang Wakatobi, ada yang pegang Mandalika pasti akan memberikan suatu kemanfaatan bagi bangsa,” dia menjelaskan.
Selain itu, Menhub menyampaikan dunia penerbangan Tanah Air baru saja diaudit keselamatan oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional/ICAO. Hasil yang diperoleh cukup signifikan dibanding audit keselamatan sebelumnya.
Terkait hal tersebut, Menhub meminta hal ini dapat terus dipertahankan dengan harapan nantinya Indonesia dapat dapat lepas dari banned negara-negara di Eropa dan negara lainnya.
“Ini tidak mudah dan saya harapkan kita harus merawat apa yg sudah kita dapat dan dengan capaian ini banned kita di negara Eropa dan negara lain bisa kita tembus dan ini memberikan ruang baru bagi kita untuk berusaha,” ujarnya.
Di sisi lain, Menhub mengakui konektivitas internasional dalam negeri masih rendah. Oleh karena itu, Menhub ke depan akan fokus untuk konektivitas ke Tiongkok, Asia Barat, India, Bangladesh, Pakistan, dan negara-negara lain yang memiliki potensi untuk tumbuh.
Advertisement