Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mendorong penggabungan atau merger 115 bank di Indonesia. Dalam upaya tersebut, diperlukan insentif pajak, kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (PJK), dan kesiapan perbankan yang dapat menarik minat pemilik untuk melebur banknya.
Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah mengungkapkan jumlah bank umum di Indonesia saat ini mencapai 115 bank. Meski sudah mengalami penurunan signifikan dari sebelumnya 250 bank, Indonesia berada di peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah bank terbanyak di Asia Tenggara.
Baca Juga
Advertisement
"Di Asia tenggara, kita nomor satu dengan jumlah bank terbanyak. Negara lainnya cuma sedikit hitungan jari, seperti Malaysia, Australia sekitar 4 atau 5 bank, Filipina dan Singapura juga sama," jelas dia saat acara Sarasehan 100 Ekonom di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (12/12/2017).
Menurut Halim, untuk mengurangi jumlah bank di Indonesia bukanlah hal mudah. Dia mengaku, perlu ada kebijakan OJK, insentif perpajakan, dan kesiapan perbankan. Tanpa adanya gabungan kebijakan tersebut, dia bilang, agak sulit merealisasikannya.
"Misalnya kalau mau merger, beri insentif pajak. Sekarang sudah ada, tapi masih kecil karena kan kalau merger harus dinilai lagi asetnya, pakai nilai buku atau nilai pasar. Perlu insentif lagi buat mendorong agar pemilik bank mau melakukan merger, dan OJK juga harus memengaruhi mereka supaya merger," terangnya.
Halim menjelaskan, Indonesia perlu mengurangi jumlah bank dan memperbanyak jaringan, baik fisik maupun digital. Ini yang akan menjadi tantangan perbankan ke depan.
"Sekarang kita termasuk negara dengan jumlah banyak terbanyak di dunia, tapi jaringannya cuma ada di Jawa. Nantinya jumlah bank harus berkurang, tapi jaringan diperbanyak, kan sekarang ada teknologi digital, tidak harus fisik (bangun kantor)," tutur dia.
Teknologi
Dalam kesempatan yang sama, ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, A Tony Prasetiantono mengungkapkan, penetrasi pendalaman keuangan oleh perbankan ke depan harus menggunakan teknologi. Sebab, saat ini jumlah ponsel di Indonesia sudah melebihi jumlah nasabah perbankan.
"Celakanya teknologi mahal, cuma bank-bank besar yang mampu. Jadi, konsolidasi perbankan merupakan suatu keharusan, tidak bisa ditawar lagi," terangnya.
Tony menilai, Indonesia idealnya memiliki maksimal 50 bank umum. Namun, lebih sedikit lebih baik, dari sekarang yang mencapai 115 bank.
"Indonesia punya bank harusnya maksimal 50 bank, tapi 20 bank lebih bagus lagi. Sudahlah pemilik bank-bank kecil, merger saja, karena holding bank BUMN yang digagas Kementerian BUMN sifatnya hanya sementara karena tidak menyatu sama sekali, jadi hanya buang-buang waktu. Lebih baik dimerger," saran dia.
Advertisement