Wayang Kontemporer Berkolaborasi dengan Barongsai di Pesantren

Melalui pertunjukan budaya yang menampilkan wayang kontemporer dan barongsai, pesantren menyisipkan kritik atas kondisi sosial masyarakat.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 13 Des 2017, 06:30 WIB
Pekan Budaya Cigaru (PBC) 2017 digelar di Pondok Pesantren Miftahul Huda, Cigaru, Majenang, Cilacap, 17-21 Desember 2017. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Pertunjukan wayang kontemporer oleh sejumlah seniman terkemuka Indonesia, seperti Heri Dono, Nasirun, dan Samuel Indratma bakal mewarnai Pekan Budaya Cigaru (PBC) 2017 yang digelar Pondok Pesantren Miftahul Huda, Cigaru, Majenang, Cilacap pada 17-21 Desember 2017.

Kompleks pesantren sebagai arena festival akan dirias dan disulap lebih indah dengan instalasi lampion dan wayang terbang. Warna-warni cahaya lampion merupakan simbol harapan rahmat dan berkah untuk seluruh umat manusia yang beragam budaya dan ras.

Pekan Budaya Cigaru bakal dibuka dengan karnaval sedina dadi wayang atau sehari menjadi wayang. Tema wayang dipilih lantaran merupakan bentuk kesenian paling populer dan atraktif di mata masyarakat desa. Pun, wayang mengandung unsur transformasi moral dan spiritual.

Peserta karnaval yang terdiri dari para santri, warga desa, komunitas minat-bakat dan antar iman bakal mengenakan kostum wayang, adat dan pakaian eksprimental sebagai manifestasi rasa syukur sekaligus bentuk kreativitas.

"Agar dapat lebih menarik, wayang ditampilkan sesuai selera visual dan pertunjukan masa kini yang lebih bebas dan luwes dalam berkespresi namun dengan tetap menjaga semangat intinya," kata inisiator PBC, Faisal Kamandobat, melalui keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Selasa, 12 Desember 2017.

Selain wayang kontemporer, dalam PBC masyarakat juga bisa menyaksikan beragam pertunjukan seni kreatif dan workshop oleh atraksi Barongsai oleh komunitas Tionghoa Purwokerto. Ada pula pertunjukan biola solo oleh Sagaf Faozata Adzkia dan Arum Rindu Sekar Kasih

Selain itu, musikalisasi puisi oleh Alfiyan Harfi, Kedung Dharma Romansha, Badruddin Emce dan para penyair muda lainnya.

Selama berlangsungnya PBC, peserta juga dapat belajar satu sama lain, berkonsultasi dengan para ahli dan pemerintah setempat terkait persolan-persoalan yang dihadapi, sekaligus menjalin kerja sama antarkomunitas dan lembaga yang ikut serta di dalamnya.

Dengan cara itu, arus informasi, komunikasi, dan pengetahuan antarpihak dapat mengalir lebih lancar, dinamis dan menyenangkan sehingga lebih berdaya dalam melakukan proses transformasi sosial.


Kritik Pesantren Lewat Pertunjukan

Santri-santri Ponpes El Bayan Majenang, Cilacap, usai pentas seni kentongan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Faisal menjelaskan, dalam desain pembangunan nasional, perdesaan ditempatkan sebagai pinggiran dalam hampir semua hal, politik, ekonomi, sosial dan kultural. Konsekuensinya, kawasan perkotaan menjadi pusat-pusat kemajuan (growth pole) yang terus meluas.

Sementara, wilayah perdesaan semakin berkurang dan terus mengalami pelenyapan secara sistematis, terutama dalam bidang ekonomi dan budaya. Dampak terjauhnya adalah terjadi ketidakselarasan antara orientasi budaya dan basis ekonomi masyarakat.

"Ekonomi masyarakat desa berbasis pada pertanian dan perdagangan mikro, kulturnya mengacu pada budaya di perkotaan yang berbasis pada ekonomi skala besar,"dia menerangkan.

Menurut dia, pesantren sebagai pusat keagamaan, pendidikan dan budaya masyarakat mesti mengambil sikap demi mengembangkan tatanan sosial. Dengan tatatan yang lebih seimbang, perdesaan dapat mencapai kemajuan tanpa kehilangan kearifannya.

"Dengan itu pula, perdesaan dapat lebih mandiri dan otentik sehingga mampu menjadi supporting partner bukan rival dan korban dari wilayah perkotaan," Faisal menerangkan.


Pelatihan Membatik Hingga Menulis Kreatif

Jenis-jenis Batik Cilacap (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Selama PBC beragam pelatihan kreatif juga bakal digelar. Meliputi pelatihan membatik oleh seniman batik dan serat Abdul Syukur, lokakarya pengobatan herbal, kemudian bimbingan menulis kreatif oleh sastrawan Raudal Tanjung Banua dan Eko Triono.

Kemudian, pelatihan menggambar oleh perupa Bambang Heras serta pelatihan tentang etika, aturan hukum dan keamanan dalam menggunakan internet oleh George Bratadijaja dari GEN Indonesia.

Digelar pula bazar makanan tradisional dan bursa buku serta pameran seni rupa yang menampilkan karya para pelukis terkemuka dari Cilacap dan Jogjakarta seperti Samuel Indratma, Bob Sick Yudhita, Daryono Yunani, Ismanto Wahyudi, Yaksa Agus, Fatoni Makturodi, Titus Garu, Taufik Hidayat dan beberapa seniman lainnya.

Setiap pertunjukan akan diserahkan Anugerah Punokawan Award untuk para santri yang memenangkan lomba menulis puisi, prosa, esei dan melukis. Para pemenang akan menerima medali Golden Semar, Silver Gareng, Bronze Petruk serta Metal Bagong.

Peserta pelatihan terdiri dari warga desa, para santri dari beberapa pondok pesantren, perwakilan sekolah dan antar iman, serta para mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Karesidenan Banyumas.

Selain untuk mengembangkan perdesaan, PBC diselengggarakan sebagai bagian dari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan haul para pendiri Pondok Pesantren Cigaru, KH Tsufyan Tsauri.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya