Liputan6.com, Jakarta Orgasme secara normal dirasakan pasangan yang tengah bercinta saat mencapai kepuasan tertinggi. Secara normal, orgasme harusnya terasa memuaskan. Namun bagaimana jika yang terjadi justru sebaliknya dan orgasme terasa menyakitkan?
Menurut Dokter spesialis Obstetri Ginekologi di Indiana University Health, Dr. Katherine McHugh, seks seharusnya tidak terasa menyakitkan. Namun, jika menyakitkan, berarti harus ada hal yang diperbaiki, seperti dilansir dari laman Cosmopolitan, Selasa (12/12/2017).
Advertisement
Lebih lanjut Katherine menjelaskan, rasa sakit saat orgasme disebut juga dysorgasmia. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor fisik maupun mental. Menurut dia, pemeriksaan fisik sangat penting dalam membantunya menemukan penyebab terjadinya kondisi tersebut.
"Ketika saya memeriksanya, terkadang saya menyentuh area yang sakit dan wanita itu akan berkata, di sanalah saya merasakan sakitnya saat orgasme," kata dia. Menurut Katherine, pemeriksaan secara tepat dapat membantu menentukan terapi pengobatan yang tepat untuk pasien.
Katherine menjelaskan, kasus yang banyak ditemui dari dysorgasmia adalah wanita yang merasakan nyeri di dalam perut mereka, yang biasanya mengindikasikan masalah pada rahim. Rahim inilah yang berkontraksi saat orgasme terjadi.
Rasa sakit itu bisa terjadi bersamaan dengan fibroid uterus atau endometriosis. Dia mengatakan rasa sakit yang berasal dari rahim juga bisa berlangsung beberapa jam atau bahkan berhari-hari setelah orgasme.
Selain penyebab secara fisik, dysorgasmia juga bisa disebabkan oleh faktor mental. Dia menjelaskan bahwa rasa sakit emosional yang dialami seseorang dapat terjadi setelah mengalami trauma. Hal itu bisa menimbulkan rasa sakit fisik.
"Saya biasanya merujuk mereka ke konseling kesehatan mental untuk membicarakan bagaimana rasa sakit telah mempengaruhi hidupnya," kata Katherine.
Saksikan video menarik berikut :
Cara mengatasinya
Menurut Katherine, cara mengatasi hal tersebut tergantung dari penyebab terjadinya dysorgasmia tersebut. Selain itu, dalam menjalani pengobatan, dibutuhkan tim yang terdiri dari beberapa dokter spesialis.
Jika kondisi itu disebabkan oleh kejang otot, Katherine mengatakan solusinya bisa dengan minum obat pereda nyeri sebelum berhubungan seks. Namun jika ini disebabkan oleh masalah dengan otot yang melepaskan dan berkontraksi karena otot yang terlalu kaku, mungkin dibutuhkan obat dengan resep dokter.
Selain itu, pasien juga akan menerima rujukan ke konselor mental dan terapis fisik dasar panggul.
Menurut Kimberly Anderson, seorang terapis seks dari UCLA, pengobatan medis maupun konseling itu sama penting. Maka dari itu, dibutuhkan pengobatan yang menyeluruh. Terapi dasar panggul dibutuhkan agar pasien merasa lebih baik dalam berhubungan seks dan terhindar dari masalah dengan otot atau saraf yang kencang di daerah tersebut.
Sementara, konseling dibutuhkan untuk mengembangkan pendekatan seks dan kesenangan dengan sehat. Pendekatan terbaik untuk kembali ke orgasme bebas rasa sakit adalah dengan memperbaiki seluruh tubuh dan pikiran pada saat bersamaan.
Meski bisa diobati, namun Katherine memperingatkan bahwa hal ini belum tentu berhasil seratus persen.
"Tapi ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk membantu diri Anda sendiri. Yakni dengan menemui dokter sesegera mungkin. Jauh lebih mudah mengobati disorgasmia lebih awal daripada nanti. Dan juga penting untuk menemukan dokter yang benar-benar tepat untuk menangani hal tersebut," tutup dia.
Advertisement