Menemukan Perajin Kaligrafi Alquran di Negara Komunis

Menemukan perajin kaligrafi Alquran di negara berideologi komunis menjadi salah satu pengalaman wisata yang seru.

oleh Ana Fauziyah diperbarui 13 Des 2017, 10:29 WIB
Foto: Ana Fauziyah/ Liputan6.com.

Liputan6.com, Jakarta Keberadaan perajin kaligrafi Alquran merupakan hal umum yang banyak ditemukan di Indonesia. Namun, menemukan perajin kaligrafi di sebuah negara berideologi komunis Vietnam, tentu saja merupakan sesuatu hal unik dan luar biasa. Dalam perjalanan Liputan6.com mengunjungi Vietnam beberapa waktu lalu, tim secara tidak sengaja menjumpai lukisan ayat-ayat Alquran yang terbuat dari cangkang telur.

Saat perjalanan menuju salah satu destinasi wisata andalan Vietnam, yaitu lokasi bekas perang Cu Chi Tunnel dan Kuil Cao Dai, bus yang kami tumpangi berhenti selama kurang lebih 30 menit di sebuah desa kecil, antara kota Ho Chi Minh City dengan Tay Ninh. Desa kecil ini dapat ditempuh sekitar 2 jam perjalanan dari ibu kota Vietnam.

Ternyata semua agen perjalanan dari Ho Chi Minh City menuju Cu Chi akan selalu menyertakan kunjungan ke area manufaktur kerajinan tangan tersebut. Dengan dalih istirahat sebentar untuk membiarkan pengunjung ke toilet, tapi tujuan sebenarnya adalah memberikan kesempatan kepada para turis untuk melihat-lihat proses produksi produk handmade, yaitu lukisan dari kulit telur, syukur jika ada yang tertarik membeli.

Tema lukisan tersebut seragam, yaitu kebanyakan berupa lukisan sungai Mekong, rimbunan pohon bambu, naga, dan siluet gadis mengenakan caping khas Vietnam. Selain lukisan, mereka juga memproduksi gerabah dalam aneka bentuk seperti mangkok, piring, vas dan lainnya. Semuanya dihiasi dengan cangkang telur dan dipulas dengan cat warna cerah atau divernis hingga mengkilat.

 

 


Harga yang Fantastis

Foto: Ana Fauziyah/ Liputan6.com.

Lukisan kaligrafi Alquran sendiri tidak diproduksi banyak karena memang lukisan-lukisan kaligrafi Alquran ini dibuat hanya untuk menarik minat wisatawan dari Indonesia, Malaysia, dan negara-negara dengan mayoritas penduduk muslim lainnya. Harga yang ditawarkan pun terbilang sangat fantastis, menembus angka jutaan rupiah. Jika dibandingkan, harga karya serupa di Indonesia tentu jauh lebih murah. 

Namun demikian, yang menarik, para pekerja kerajinan tersebut merupakan para penyandang cacat yang menjadi korban keganasan perang Vietnam-Amerika Serikat di masa lalu. Perang tidak hanya memakan korban jiwa, tapi juga membuat banyak warga negara ini mengalami cacat fisik. Kami melihat beberapa perajin yang duduk di kursi roda saat membuat karya kaligrafi.

 

 


Dukungan Pemerintah Setempat

Pemerintah Vietnam berinisiatif memberikan pelatihan kerajinan tangan kepada para korban perang dan menyediakan lokasi untuk memproduksi karya seni yang sangat detil dan halus pengerjaannya. Mereka diberi ruang dan kesempatan untuk menghidupi diri dan keluarganya. Hasil karya mereka telah banyak dipasarkan sebagai souvenir di pasar terkenal Ben Than di Ho Chi Minh City juga diekspor ke luar negeri.

Inisiatif pemerintah Vietnam tersebut bagi kami adalah sesuatu yang keren dan layak diapresiasi. Ditambah dengan dukungan dari semua agen perjalanan yang selalu menyertakan kunjungan ke lokasi-lokasi kerajinan tangan. Hal itu merupakan support yang besar bagi para penyandang disabilitas dan korban perang.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya