Kisah Para Musikus Muda Yogya yang Ditantang Bikin Lagu Pangan

Biasanya mereka membuat lagu bertema cinta dan kritik sosial.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 13 Des 2017, 14:30 WIB
Orkes Kodok Ngorek mendapat tantangan membuat lagu bertema pangan

Liputan6.com, Yogyakarta Musikus muda Yogyakarta yang terdiri dari 15 band indie mendapat tantangan melahirkan satu lagu baru bertema pangan. Beragam cara mereka lakukan hingga menghasilkan lagu-lagu berbau makanan yang sarat pesan. Karya mereka dikompilasi dalam satu album berjudul 2500 Kalori.

Band Dharma, misalnya, menelurkan lagu berjudul Beda Selera saat ditantang berbicara soal pangan. Mereka sempat kebingungan karena biasanya menciptakan lagu cinta.

"Biasanya lagu soal makanan kan lagu anak-anak," ujar Tommy Dharma Wiratama, vokalis Band Dharma.

Saking bingungnya, mereka mengumpulkan materi lagu berdekatan dengan batas akhir pengumpulan, yakni seminggu sebelum deadline. Itu pun setelah mereka mencari inspirasi dari lagu anak era 90-an.

Foto dok. Liputan6.com
Musikus muda yang tergabung dalam Orkes Kodok Ngorek mengusung lagu berjudul Nasi Addicted. Ipin Nur Setyo, vokalis sekaligus pencipta lirik, melakukan riset terlebih dulu sebelum menghasilkan lagu bertema pangan itu.

Ia bercerita, ide mengangkat nasi sebagai pesan lagu karena teman-temannya dari luar negeri kerap bertanya kepadanya.

"Kenapa orang Indonesia harus makan nasi?" tutur Ipin mengulang pertanyaan yang selalu didengarnya.

Hasil riset menyebutkan makanan orang Indonesia sebenarnya beragam. Namun, nasionalisasi nasi membuat pangan dari beras itu menjadi komoditas utama karbohidrat. Padahal di Jawa saja, sumber karbohidrat tidak melulu nasi, melainkan juga singkong, ketela, dan sebagainya.

Lagu yang dibawakan Orkes Kodok Ngorek itu bukan mengajak orang untuk berhenti makan nasi. Namun, membuat masyarakat sadar ada alternatif sumber karbohidrat lainnya.

Band lainnya pun membawakan judul lagu yang berkaitan dengan pangan dan memiliki pesan bervariasi. Gamelan Mbah Surup menciptakan Tumpengan, Kopibasi membawakan Tempe 1, Shoppinglist menyanyikan Lagu Ibu Tani, dan sebagainya.

 

 


Tantangan Datang dari Kampung Halaman

Musikus muda Yogyakarta mendapat tantangan membuat lagu bertema Pangan

Tantangan membuat lagu bertema pangan datang dari Yayasan Kampung Halaman, sebuah organisasi nirlaba yang bergerak di bidang pendampingan remaja. Band pengisi album 2500 Kalori merupakan band yang kerap mengisi kegiatan Panggung Tepi Sungai, sebuah acara selamat pagi di Kampung Halaman.

"Tujuannya, mengenalkan remaja dengan pangan karena remaja dekat sekaligus jauh dengan pangan," ujar Rachma Safitri, Direktur Kampung Halaman, di sela-sela peluncuran album di Sangkring Art, Minggu, 10 Desember 2017.

Ia menilai remaja dekat dengan pangan karena bisa mengkonsumsi beragam makanan yang mereka inginkan. Akan tetapi, pangan yang dimakan belum tentu memenuhi kebutuhan nutrisi. Album kompilasi ini dibuat supaya remaja lebih kritis terhadap kebutuhan gizi masing-masing.

Foto dok. Liputan6.com
Kekurangan gizi pada remaja menyebabkan menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh, risiko penyakit dan penurunan produktivitas ekonomi.

Album 2500 Kalori rencana dibuat ke dalam dua menu. Menu pertama sudah diluncurkan dan diisi oleh 15 band. Menu kedua akan dirilis pada tahun depan dan diisi oleh 16 band yang belum terakomodasi di menu pertama.

Fitri berpendapat berbicara pangan tidak hanya soal makanan yang dikonsumsi, akan tetapi juga limbah makanan dan segala hal yang berkaitan dengan konsumsi manusia.

 


Enam Persoalan Remaja dan Gizi

Musikus muda Yogyakarta mendapat tantangan membuat lagu bertema Pangan

Yayasan Kampung Halaman juga menghimpun beragam persoalan di Indonesia terkait remaja, pangan, dan kesehatan dari berbagai sumber. Pertama, Indonesia menempati peringkat kelima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi masalah kurang gizi kronis.

Kedua, Indonesia juga termasuk dalam 17 dari 117 negara, yang mempunyai tiga masalah gizi yaitu kurang gizi, membuang makanan, dan obesitas. Ketiga, penduduk dewasa berusia di atas 18 tahun yang mengalami kegemukan atau obesitas sebesar 20,7 persen. Persentase itu meningkat drastis dari 2013, ketika angka kegemukan sebesar 15,4 persen.

Keempat, ada enam belas wilayah di Indonesia yang memiliki angka obesitas lebih tinggi ketimbang angka nasional 27 persen, meliputi, Jawa Barat, Bali, Papua, DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Tengah, Jawa Timur, Bangka Belitung, Sumatera Utara, Papua Barat, Kepulauan Riau, Maluku Utara, Kalimantan Timur, DKI Jakarta, Gorontalo, dan Sulawesi Utara.

Kelima, Sepertiga wanita Indonesia di atas usia 18 tahun mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Selain itu, lima dari anak usia 5-12 tahun juga mengalami hal yang sama.

Keenam, prevalensi remaja usia 13-15 tahun yang pendek dan amat pendek adalah 35,2 persen dan pada usia 16-18 tahun sebesar 31,2 persen. Sekitar separuh remaja mengalami defisit energi dan sepertiga remaja mengalami defisit protein dan mikronutrien.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya