Liputan6.com, Jakarta EF Education First, salah satu lembaga pendidikan bahasa Inggris di Indonesia baru saja meluncurkan laporan tahunan indeks kecakapan bahasa Inggris (English Proviciency Index) orang Indonesia. Laporan ini merupakan kajian terbesar di dunia yang berhasil mengukur kecakapan bahasa Inggris orang dewasa yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris.
Data laporan diambil dari analisa hasil tes bahasa Inggris online (Standard English Test) yang digelar EF. Tes itu sendiri diikuti lebih dari satu juta orang di seluruh dunia, dan 80 negara turut berpartisipasi.
Advertisement
Dalam sesi diskusi bertajuk “Speeding-Up Your English” yang dihadiri Minh N Tran, selaku Senior Director Research and Academic Partenership of EF dan Eileen Rahma sebagai Pakar Sumber Daya Manusia di Hotel Pullman, Jakarta, beberapa waktu lalu, laporan EF tersebut dipublikasikan.
Hasilnya, peringkat Indonesia tahun 2017 turun, dari peringkat 32 dengan tingkat kemahiran menengah pada tahun lalu, menjadi peringkat 39 dengan tingkat kemahiran rendah di tahun ini.
Kemampuan Bangsa
Terkait dengan temuan ini, Tran mengatakan, negara dengan kemampuan bahasa Inggris tingkat rendah menunjukkan kemampuan bangsa tersebut masih dalam tahap konsumsi, belum mampu melakukan negosiasi, mediasi, maupun melobi, bahkan berkompetisi dengan negara lain dalam bahasa Inggris.
Laporan tahunan EF juga mengukur peringkat kawasan. Hasilnya Eropa masih berada di peringkat pertama, sementara Asia berada di peringkat kedua, disusul Afrika sebagai pendatang baru di peringkat ketiga, dan Amerika Latin yang berada di peringkat keempat, serta Timur Tengah berada di peringkat terakhir.
Advertisement
Persaingan Global
Sementara itu, menanggapi temuan ini, Eileen Rahman mengatakan, kemampuan bahasa Inggris masyarakat merupakan modal suatu negara untuk mampu bersaing dalam dunia perekonomian yang lebih luas lagi. Dibentuknya Masyarakat Ekonomi Asia (MEA), menurut Eileen, merupakan momen yang tepat bagi masyarakat Indonesia untuk bersaing dan memenangkan persaingan ekonomi global.
“Jangan sampai ini (MEA) justru jadi ancaman, karena ketidaksiapan sumber daya manusia kita,” ungkap Eillen.
Jika melihat kecakapan bahasa Inggris negara-negara di Asia, nilai rata-rata bahasa Inggris orang Indonesia adalah 52,15, jauh di bawah Singapura yang berada di posisi lima dunia dengan nilai rata-rata 66,03. Diikuti Malaysia dengan nilai rata-rata 61,07 dan berada di peringkat 19 dunia. Selanjutnya Filipina dengan nilai rata-rata 60,59 dan berada di posisi 15 dunia.
“Di masa kini, masyarakat dituntut untuk bersaing tanpa batas, baik dalam individu maupun dalam kelompok. Mereka yang maampu berkompetisi adalah mereka yang mampu berkomunikasi dengan baik, dengan berbagai budaya dan bangsa, sehingga siap menjadi warga dunia,” ungkap Tran menambahkan.