‎Film Dilan 1990 Hapus Sejumlah Adegan Penting di Novel

Sang sutradara, Fajar Bustomi, mengaku sedih ketika harus mengerucutkan isi cerita Dilan 1990.

oleh Rizky Aditya Saputra diperbarui 14 Des 2017, 11:10 WIB
Sang sutradara, Fajar Bustomi, mengaku sedih ketika harus mengerucutkan isi cerita Dilan 1990. [Foto: Potongan trailer Dilan]

Liputan6.com, Jakarta Sebelum difilmkan, novel Dilan menjadi salah satu primadona di kalangan pencinta buku. Novel karya Pidi Baiq ini memiliki cerita yang kuat disertai tutur bahasa romantis ala anak muda 90-an.

Karena itu, ketika MAX Pictures berencana menjadikannya sebuah film, para peselancar dunia maya sudah mewanti-wanti sang sutradara, Fajar Bustomi. Mereka berharap agar film yang akan tayang 25 Januari 2018 itu dapat menggambarkan seluruh isi novel tersebut.

(Adrian Putra/Bintang.com)

Namun, hal itu dipastikan tak terjadi. Fajar Bustomi menuturkan bahwa ada beberapa adegan yang terpaksa dikorbankan demi kepentingan durasi film Dilan 1990.

‎"Saya merupakan fans Dilan juga. Pastinya semua adegan pengin dimasukkan semua. Cuma Dilan kan 300 halaman, kalau dijadikan dua jam susah juga. Akhirnya diputuskan ada beberapa adegan (yang dihilangkan)," kata Fajar Bustomi di XXI Kemang Village, Jakarta Selatan, Rabu (13/12/2017).


Sang Sutradara pun Sedih

Sumber: Instagram/ falconpictures_

Fajar Bustomi mengaku sedih ketika harus mengerucutkan isi cerita Dilan 1990 karena terbentur durasi. Ia bahkan sempat berpikir untuk menjadikannya dua bagian film.

"Kalau mau dijadikan dua film, tetapi masih ada dua buku lagi (yang ingin difilmkan). Agak sedih sih sebenarnya, tetapi saya tetap optimistis karena novel ini romantis sekali, dengan sudut pandang cerita yang luas," jelasnya.‎

(Herman Zakharia/Liputan6.com)

Meski begitu, Fajar Bustomi memastikan bahwa film Dilan 1990 yang akan tayang telah cukup menggambarkan keseluruhan inti cerita dalam novel.

"Saya berdiskusi dengan Pidi Baiq, karena dia orang yang paling tahu tentang Dilan. Banyak hal yang harus kita sharing to the point dari buku yang hilang. Dan ketika ceritanya diangkat, jangan sampai intinya enggak dapat. Menurut saya sudah bisa mewakili orang yang tidak pernah baca bukunya, bisa tetap menikmati indahnya buku lewat film ini," ujar Fajar Bustomi. (Ras)‎

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya