Pembangkit EBT Terus Bertambah, Harga Listrik Makin Terjangkau

Khusus untuk panas bumi, Indonesia memiliki total potensi 28,58 GW yang tersebar di 331 lokasi daerah sepanjang busur vulkanik.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 14 Des 2017, 12:55 WIB
Atas perintah Presiden Jokowi kenaikan tarif listrik ditunda karena masyarakat berat dengan kenaikan harga BBM, Jakarta, Jumat (9/1/2015). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa dalam tiga tahun terakhir pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) terus bertambah. Kenaikan EBT tersebut berdampak kepada harga listrik.

Kepala Biro Komunikasi, Layananan Informasi Publik, dan Kerja Sama (Biro KLIK), Kementerian ESDM ‎Agung Pribadi mengatakan, dalam kurun 2014 hingga 2017, penambahan kapasitas terpasang pembangkit EBT terus bertambah untuk mewujudkan target bauran energi primer EBT pada 2025 sebesar 23 persen.

"Setidaknya terdapat enam sumber daya energi terbarukan yang dimiliki Indonesia, yaitu energi air, surya, angin, arus laut, bioenergi dan panas bumi," kata Agung, di Jakarta, Kamis (14/12/2017).

Total potensi sumber daya energi yang berasal dari energi air, surya, angin, arus laut, bioenergi dan panas bumi‎ diperkirakan sebesar 441,7 Giga Watt (GW). Sedangkan kapasitas terpasang hingga saat ini baru sebesar 9 GW atau 2 persen dari total potensi.

Khusus untuk panas bumi, Indonesia memiliki total potensi 28,58 GW yang tersebar di 331 lokasi daerah sepanjang busur vulkanik. Hal ini dikarenakan letak geografis Indonesia yang berada di salah satu kerangka tektonik yang paling aktif di dunia yakni perbatasan Indo-Australia, Pasifik, dan lempeng tektonik Eurasia.

Kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Indonesia terus meingkat, pada 2014 sebesar 1.403,5 MW dan bertambah menjadi 1.808,5 MW pada 2017.

Agung mengungkapkan, di sisi harga pembelian listrik PLN dari pengembang EBT pun semakin kompetitif. Sebagai gambaran, pada 2015, PLTP Kamojang Unit 5 dengan kapasitas 35 MW harga yang ditetapkan sebesar US$ 9,4 cent per kilo Watt hour (kWh).

Setahun kemudian, pada 2016 beroperasi beberapa PLTP seperti PLTP Ulubelu Unit 3 dengan harga sebesar US$ 7,53 cent per kWh dan PLTP Sarulla Unit 1 kapasitas 110 MW dengan harga sebesar US$ 6,79 cent per kWh.

Sementara pada tahun 2017 diantaranya juga beroperasi PLTP Ulubelu Unit 4 berkapasitas 55 MW, US$ 7,53 cent per kWh dan PLTP Sarulla Unit 2 110 MW, US$ 6,79 cent per kWh.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Bioenergi

Suasana pembangunan PLTP Unit 5 & 6 di Tompaso, Sulut, Rabu (30/3/2016). PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) terus mengembangkan energi baru terbarukan yang berfokus pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Selain panas bumi, untuk pembangkit listrik bioenergi, kapasitas terpasang pada tahun 2014 adalah sebesar 898,5 MW, dan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2017 menjadi 1.812 MW dimana sebagian besarnya merupakan pembangkit off-grid.

Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) kapasitas terpasang pada tahun 2014 sebesar 122,7 MW, sedangkan pada tahun 2017 semester I sudah mencapai 259,8 MW.

"Selain kapasitas yang semakin bertambah, harga listrik dari pembangkit EBT pun semakin murah. Ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo bahwa harga listrik harus terjangkau dan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat," tutupnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya