Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menuturkan, mainan produksi nasional telah menguasai pasar dunia. Hal tersebut membuktikan bahwa produksi Indonesia mampu bersaing di pasar internasional.
Airlangga mengungkapkan bahwa 60 persen mainan barbie yang beredar di dunia diproduksi di Indonesia. Produksi barbie dari Indonesia diakui sehingga produsen mainan barbie yaitu Mattel akan melakukan investasi tambahan.
Baca Juga
Advertisement
Menurut dia, industri mainan di Indonesia sudah mengimplementasikan revolusi industri 4.0. "Industri 4.0 bukan sesuatu yang baru. Kita sudah punya industri 4.0 itu di industri makanan, industri otomotif dan industri mainan," jelas dia di Jakarta, Kamis (14/12/2017).
Airlangga melanjutkan, produksi barbie di Indonesia sangat berkembang. Buktinya, Indonesia tidak hanya mencetak barbie saja tetapi juga ikut memasok semua bagian dari barbie seperti pakaian, penata rambut dan juga mesin-mesin. "Indonesia jadi model dan sampel, semuanya di Indonesia," tambah dia.
Oleh sebab itu, ia pun menyebutkan bahwa masalah transfer teknologi sudah selesai di Indonesia. Tahap selanjutnya yang dihadapi industri mainan di Indonesia adalah inovasi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Beroperasi Sejak 1992
Sebelumnya, Presiden Direktur PT Mattel Indonesia, Roy Tendean mengungkapkan, Mattel telah beroperasi di Indonesia sejak 1992 dengan menyerap tenaga kerja sekitar 10 ribu orang. Selain itu, Mattel juga menggandeng sektor usaha kecil dan menengah (UKM) sebagai pemasok bahan baku dan kelengkapan mainan.
"Hari ini, kami memiliki lebih dari 500 pemasok dan UKM yang menjadi bagian tak terpisahkan dari rantai pasokan Mattel," kata dia.
Selain itu, pusat produksi boneka fashion Mattel di Indonesia ini merupakan yang terbesar dibanding pusat produksi yang di China, Malaysia, Thailand dan Mexico. Pusat produksi Barbie di Indonesia ini telah menghasilkan lebih dari 500 juta boneka untuk diekspor sejak 2008.
"Kami memproduksi hingga 2 juta boneka per minggu, dengan nilai ekspor per tahun kurang lebih US$ 150 juta. Ambisi kami ke depanya tidak sekadar menjadi pusat manufaktur, tetapi juga menumbuhkan kemampuan pengembangan produk di Indonesia," ujar dia.
Advertisement