Neraca Dagang November Diprediksi Surplus US$ 952 Juta

Laju ekspor Indonesia masih solid mengingat volume ekspor akan cenderung naik didorong ‎peningkatan aktivitas manufaktur.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 15 Des 2017, 08:15 WIB
Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (25/10). Kebijakan ISRM diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pelayanan dan efektifitas pengawasan dalam proses ekspor-impor. (Liputan6.com/Immaniel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede memperkirakan neraca perdagangan Indonesia pada November ini meraih surplus sekitar US$ 952 juta. Kinerja ekspor diproyeksikan masih lebih tinggi dibanding impor pada bulan kesebelas, meski terjadi penurunan harga komoditas.

"Perkiraan pertumbuhan laju ekspor sekitar 13,3 persen (Yoy) dan impor 13,2 persen (Yoy) sehingga neraca dagang November ini diproyeksikan surplus US$ 952 juta," kata Josua dalam pesan singkatnya kepada Liputan6.com, Jakarta, Jumat (15/12/2017).

Josua menjelaskan, kinerja ekspor pada bulan kesebelas 2017 diperkirakan cenderung menurun dibanding realisasi ekspor pada bulan sebelumnya.

"Ada penurunan harga komoditas ekspor ‎seperti minyak kelapa sawit mentah (CPO) sekitar 2 persen (MoM) dan harga karet alam turun 1,5 persen (MoM). Tapi harga batu baara naik 0,3 persen (MoM)," terangnya.

Akan tetapi, dia melihat, laju ekspor Indonesia masih solid mengingat volume ekspor akan cenderung naik didorong ‎peningkatan aktivitas manufaktur mitra dagang utama Indonesia, antara lain negara-negara ASEAN, Eropa, dan India.

"Tapi volume ekspor akan sedikit turun terutama volume permintaan barang ekspor dari China, Amerika Serikat, dan Jepang," kata Josua.

Sementara dari sisi impor, lanjutnya, diperkirakan aakan menurun dari bulan sebelumnya. Namun masih ditopang permintaan impor barang modal dan bahan baku. "Permintaan ini seiring kenaikan aktivitas manufaktur Indonesia pada November 2017," tutup Josua.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Surplus pada Oktober

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (25/10). Kebijakan ISRM diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pelayanan dan efektifitas pengawasan dalam proses ekspor-impor. (Liputan6.com/Immaniel Antonius)

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan ‎Indonesia pada Oktober 2017 surplus sebesar US$ 900 juta. Sedangkan secara kumulatif sepanjang Januari-Oktober 2017 mencetak surplus US$ 11,78 miliar.

Kepala BPS, Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk mengungkapkan, ‎nilai ekspor Indonesia pada bulan kesepuluh ini tercatat sebesar US$ 15,09 miliar atau naik 3,62 persen dibanding realisasi September 2017 sebesar US$ 14,54 miliar.

Dibanding Oktober 2016 yang sebesar US$ 12,74 miliar, nilai ekspor di Oktober 2017 ini melonjak 18,39‎ persen.

Angka ini lebih tinggi dibanding realisasi impor yang sebesar US$ 14,19 miliar atau naik 11,04 persen dibanding realisasi bulan sebelumnya ‎US$ 12,78 miliar.

Dibanding realisasi Oktober tahun lalu yang sebesar US$ 11,51 miliar, nilai impor di bulan kesepuluh ini mengalami kenaikan signifikan sebesar 23,33 persen.

"Jadi neraca perdagangan di Oktober surplus US$ 900 juta," ujar Kecuk saat Rilis Neraca Perdagangan Oktober di kantornya, Jakarta, Rabu (15/11/2017).

Jika dirinci, Suhariyanto mengatakan, surplus US$ 900 juta berasal dari surplus nonmigas yang mencapai US$ 1,69 miliar, sementara neraca dagang minyak dan gas (migas) masih defisit sebesar US$ ‎792,2 juta.

Secara kumulatif di Januari-Oktober 2017, surplus neraca perdagangan tercatat sebesar US$ 11,78 miliar. Dengan realisasi nilai ekspor US$ 138,5 miliar, naik 17,49 persen dibanding capaian periode sama tahun lalu sebesar US$ 117,9 miliar.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya