Liputan6.com, Washington DC - Jet tempur AS dan bomber Rusia kembali nyaris bentrok di langit Suriah. Insiden tersebut terjadi pada Rabu 13 Desember 2017.
Kali ini, peristiwa Amerika Serikat mengklaim bahwa bomber Rusia melanggar garis batas udara antara kedua negara di langit Suriah. Oleh sebab itu, AS menganggap berhak untuk mengambil tindakan dengan memberi tembakan peringatan.
Pentagon mengatakan jet tempur F-22 Raptor terpaksa memberi tembakan peringatan ke dua Su-25 bomber Rusia karena dianggap melanggar garis batas.
Baca Juga
Advertisement
Juru Bicara Pentagon, Eric Pahon mengatakan, Su-25 jet tempur Rusia terbang melewati area non-konflik di timur Suriah sepanjang Sungai Eufrat pada Rabu lalu.
Jet tempur AS, F-22 yang tengah beroperasi di wilayah itu langsung memberi tembakan peringatan dan pesawat Rusia pun melipir. Demikian seperti dikutip dari News.com.au pada Jumat (15/12/2017).
Ini adalah insiden terbaru dari serangkaian peristiwa serupa. Pada 23 November lalu, Kementarian Pertahanan Rusia mengklaim F-22 Raptor milik AS mengintervensi Su-25 yang ditugaskan untuk melakukan misi pengeboman terhadap sebuah pangkalan di sebelah barat Sungai Eufrat pada 23 November.
Kala itu, F-22 dilaporkan "kabur" saat pesawat pencegat Rusia Su-35S bergegas datang membantu Su-25.
Namun, dalam insiden terbaru, AS justru mengklaim bahwa Rusia tengah mengintervensi operasi darat pasukan koalisi AS melawan ISIS.
Pesawat tempur siluman AS F-22 Raptor mengerahkan suar untuk mengusir Su-25 Rusia.
"Pilot kami terpaksa melakukan manuver secara agresif untuk menghindari tabrakan di udara," kata Juru Bicara Pentagon, Eric Pahon.
Menurut Pahon, bomber Rusia itu terbang ke wilayah udara yang dikendalikan oleh koalisi pimpinan AS yang sedang bertarung melawan ISIS di Suriah, menyeberang ke sisi timur Sungai Eufrat dekat Al-Bukamal.
"Mereka segera dicegat oleh dua F-22A Raptors untuk melindungi pasukan darat yang melakukan operasi untuk mengalahkan ISIS," katanya.
"F-22 melakukan banyak manuver demi meyakinkan Su-25 untuk meninggalkan wilayah udara termasuk pelepasan suar di dekat pesawat Rusia," ujar Pahon.
"Tak sampai di situ, kami melakukan banyak panggilan di saluran darurat kepada pilot Rusia untuk meninggalkan daerah itu."
Insiden tersebut berlangsung sekitar 40 menit sebelum pesawat Rusia tersebut terbang ke sisi barat sungai.
[Rusia](3193279 "" )belum secara resmi mengomentari insiden ini.
Rusia Menolak Hak AS atas Wilayah Udara Suriah
Dalam insiden pada 23 November lalu, Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov menolak bahwa pasukan AS dan koalisi memiliki hak atas wilayah udara Suriah. Sebelumnya, kedua pihak dikabarkan telah sepakat untuk membagi wilayah udara Suriah demi menghindari bentrok dalam perang melawan ISIS.
"Klaim bahwa sejumlah bagian dari wilayah udara Suriah milik AS 'membingungkan'. Suriah adalah negara berdaulat dan anggota PBB dan itu berarti... tidak boleh ada wilayah udara yang diklaim AS sebagai miliknya sendiri. Berbeda dengan Angkatan Udara Rusia, koalisi pimpinan AS beroperasi di Suriah tanpa dasar hukum apa pun," tutur Konashenkov.
Media Rusia menyatakan bahwa pasukan koalisi pimpinan AS yang terdiri dari 70 negara telah terlibat dalam aktivitas udara dan darat Suriah sejak 2014 tanpa otorisasi oleh Presiden Bashar al-Assad atau PBB.
Advertisement