Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara memperingatkan Amerika Serikat setiap penerapan blokade maritim akan menjadi perang yang mendorong kebuntuan saat ini menuju konfrontasi nuklir.
Pernyataan Korea Utara tersebut muncul sebagai reaksi atas kabar bahwa kemungkinan AS akan menerapkan blokade laut di Semenanjung Korea. Laporan terkait hal tersebut mencuat di kalangan media dan akademisi dalam beberapa pekan terakhir, meningkatkan ketegangan antara Washington dan Pyongyang.
Ancaman perang nuklir antara AS dan Korea Utara semakin nyata sejak Presiden AS Donald Trump mulai menjabat pada Januari 2017. Di hadapan Sidang Majelis Umum PBB pada September lalu, Trump mengancam akan menghancurkan Korea Utara secara total -- menuntut negara itu mengakhiri program nuklir dan rudal mereka.
Pyongyang telah menolak keras tuntutan tersebut dengan mengatakan bahwa pihaknya harus menjadi "kekuatan nuklir" demi mencegah "invasi dan penjarahan" oleh AS. Negeri Paman Sam diketahui memiliki 28,500 pasukan yang ditempatkan di Korea Selatan.
"Geng Trump... mendorong situasi di Semenanjung Korea semakin dekat ke jurang perang, bertindak sembarangan tanpa alasan," sebut media resmi Korea Utara, KCNA, dalam laporannya yang dilansir pada Kamis 14 Desember 2017.
Baca Juga
Advertisement
"Blokade AL adalah tindakan pelanggaran sewenang-wenang atas kedaulatan dan martabat sebuah negara merdeka, dan agresi yang tidak dapat ditolerir," tulis KCNA seperti dikutip dari Al Jazeera pada Jumat (15/12/2017).
Pada hari Jumat waktu setempat, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson dilaporkan akan memimpin sebuah pertemuan khusus Dewan Keamanan PBB untuk membahas program nuklir dan rudal Korea Utara. Dan KCNA menggambarkan pertemuan tersebut sebagai "tindakan putus asa yang diplot AS".
AS Siap Bicara Tanpa Prasyarat?
Rabu, 13 Desember 2017, dalam sebuah langkah yang dianggap tidak biasa, Menlu AS Rex Tillerson menyatakan bahwa pihaknya siap duduk dan bicara dengan Korea Utara tanpa prasyarat apa pun.
Pernyataan Tillerson itu disambut baik oleh Presiden Rusia Vladimir Putin. "Itu pertanda yang sangat baik yang menunjukkan bahwa kepemimpinan AS menuju pada kesadaran akan realitas."
"Kami percaya bahwa kedua belah pihak harus berhenti untuk memperparah situasi. Korea Utara adalah negara yang menutup diri. Cukup satu tembakan dari Korea Utara dan konsekuensinya akan menjadi bencana besar," tutur Putin.
Putin lebih lanjut menerangkan bahwa selama ini Pyongyang merasa terancam oleh Washington dan "tidak melihat cara lain untuk bertahan hidup selain mengembangkan senjata pemusnah massal".
Advertisement