Liputan6.com, Palembang - Penangkapan 12 orang terduga teroris di Sumatera Selatan (Sumsel) oleh Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri, sudah memasuki tahap penetapan. Sebanyak tujuh terduga teroris akhirnya ditetapkan sebagai tersangka.
Polda Sumsel menetapkan ketujuh orang tersangka setelah menggelar serangkaian pemeriksaan ketat. Para tersangka ditangkap di lokasi dan waktu berbeda-beda selama tahun 2017 di Sumsel.
Menurut Kapolda Sumsel, Irjen Pol Zulkarnain Adinegara, penyidik masih akan memeriksa kelima terduga teroris lainnya untuk memastikan keterlibatannya dalam aksi terorisme tersebut.
"Masih dalam pemeriksaan dan pengembangan kasus. Untuk tersangka, belum bisa kita beberkan identitasnya," ucap Kapolda Sumsel, kepada Liputan6.com, Jumat (15/12/2017).
Baca Juga
Advertisement
Sebelumnya, para terduga teroris yang baru ditangkap pada Minggu, 10 Desember 2017, berjumlah lima orang. Kelima orang tersebut, yaitu Abu Hasan alias Imran, ditangkap dirumahnya, di Kabupaten Banyuasin, Sumsel.
Abdul Qodir alias Yaziz dan Muhammad Suriadi diringkus di Kabupaten Ogan Ilir. Sedangkan Abu Jakfar alias Suwarto dan Abu Faris ditangkap di Kabupaten Muara Enim, Sumsel.
Kelima orang tersebut diduga merupakan pemasok senjata untuk jaringan teroris Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) pimpinan Abu Bakar Ba'asyir dan jaringan Jamaah Ansharut Khilafah (JAK).
Saksikan video pilihan di bawah ini :
Sumsel Zero Konflik
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Sumsel, Richard Chahyadi mengatakan Sumsel sudah dikenal sebagai Zero Konflik atau kawasan bebas konflik, baik suku, agama maupun ras dan antargolongan (SARA).
Namun, kondisi Zero Konflik sepertinya dimanfaatkan para teroris untuk menjadi lokasi yang tepat mengatur strategi.
"Sumsel dimanfaatkan teroris untuk mempersiapkan aksi terorisme mereka. Bukan Sumsel yang jadi tujuan, tapi ini harus diwaspadai," katanya.
Dalam waktu dekat, Kesbangpol akan menggelar pertemuan dengan Forum Koordinasi Intelejen Daerah dan Forum Kerukunan Umat Beragama di Sumsel, untuk membahas kasus ini.
Pertemuan ini, lanjut Richard, akan digelar secara mendesak karena isu terorisme sudah berkembang, terutama setelah penangkapan 12 orang terduga teroris di Sumsel.
"Setiap tahun, kita selalu menggelar rapat tiga kali. Namun, ini sangat mendesak dan harus segera dibahas," ujarnya.
Kesbangpol Sumsel akan memetakan lokasi yang rawan sebagai tempat persembunyian para teroris dan mengatur pencegahan lebih dini.
"Jangan sampai Sumsel jadi lokasi yang aman bagi mereka. Semua pihak harus berperan aktif untuk antisipasi dan mengatasi masalah ini," sebut Richard Chahyadi.
Advertisement
Densus Tangkap Terduga Teroris Jamaah Anshorut Khilafah di Sumsel
Sebelumnya, Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri kembali menangkap terduga teroris yang tergabung dalam kelompok Jamaah Ashorut Khilafah (JAK) asal Jambi. Lima orang terduga teroris tertangkap di beberapa kawasan di Sumatera Selatan (Sumsel).
Dari informasi yang diperoleh, Tim Densus 88 AT sudah melakukan penangkapan terhadap kelompok JAK di Jambi, pada bulan Agustus 2017 lalu. Namun, kelima terduga teroris tersebut berhasil melarikan diri ke Sumsel.
Kelima terduga teroris yaitu Abdul Qadir alias Yaziz dan Muhammad Suriadi, yang ditangkap pada hari Minggu, 10/ Desember 2017, sekitar pukul 04.00 WIB di Desa Pulai Semambu Kec Inderalaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel.
Di tempat terpisah, Tim Densus 88 AT menangkap Abu Hasan alias Imron , sekitar pukul 05.25 WIB, di wilayah Talang Kramat kec. Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin, Sumsel.
Lalu, pada pukul 10.00 WIB, Sugianto alias Abu Faris dan Suarto alias Abu Jakfar diringkus Tim Densus 88 AT di Desa Lecah kec Lubay Ulu, Kabupaten Muara Enim.
Kelima terduga teroris tersebut kemudian diperiksa di Mako Brimobda Sumsel. Kemungkinan, ada tiga orang terduga teroris lainnya yang sedang dibidik Tim Densus 88 AT Mabes Polri, di Desa Lecah, Kecamatan Lubay, Kabupaten Muara Enim, Sumsel.
Kapolda Sumsel, Irjen Pol Zulkarnain Adinegara mengatakan, sudah ada 12 orang terduga teroris yang dibekuk Tim Densus 88 AT Mabes Polri. Kebanyakan mereka menetap di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Ogan Ilir, Muara Enim dan Palembang.