Liputan6.com, Jakarta - Buku anak-anak biasanya menjadi satu medium yang ampuh bagi para sineas Hollywood untuk mengadaptasinya menjadi film animasi. Salah satunya adalah film Ferdinand yang bepusat pada seekor banteng besar, kuat, namun memiliki hati yang baik dan lembut layaknya manusia.
Diambil dari kisah buku anak The Story of Ferdinand, film ini bercerita mengenai banteng bernama Ferdinand (John Cena) yang diasuh oleh seorang anak perempuan dan ayahnya di pedesaan. Namun ketika ke kota, Ferdinand secara tak sengaja dijual sebagai hewan buas untuk diadu dengan matador.
Baca Juga
Advertisement
Selama dilatih menjadi banteng aduan, Ferdinand tetap bertekad untuk kembali kepada pemiliknya sambil mengalami berbagai kejadian unik. Ferdinand pun ingin membuktikan kepada manusia bahwa seekor banteng tak bisa dinilai hanya dari wujudnya.
Saat ini, Ferdinand telah bisa disaksikan oleh masyarakat Indonesia melalui bioskop-bioskop terdekat. Selain rasa puas, tentunya ada beberapa hal yang dirasa mengganjal dalam film ini. Seperti apa sebenarnya film ini? Simak selengkapnya.
Menggugah Hati
Ferdinand memiliki poin lebih berupa lagu-lagu temanya yang benar-benar menggunggah hati. Di awal film kita akan disuguhkan metamorfosis sang banteng dari kecil hingga dewasa.
Tak hanya lagunya, beberapa adegan Ferdinand saat berada di kota pun membuat kita simpatik terhadap banteng satu ini. Berbagai adegan kocak juga mampu melontarkan tawa penonton.
Ekspresi setiap karakter hewan maupun manusia, yang penting ataupun figuran, diperlihatkan dengan sangat detail. Sampai-sampai, kita tak bisa membedakan mana manusia dan hewan.
Satu hal lagi yang membuat Ferdinand enak untuk ditonton adalah banyaknya panorama yang disajikan serta pemilihan warna yang tepat untuk lokasi maupun karakternya. Tahapan cerita film ini juga dibuat bertahap dan pas, tak terlalu buru-buru, tak juga lambat.
Advertisement
Gerakan Fisik Hewan yang Berlebihan
Mengusung genre komedi dengan konsep fiksi, tentunya Ferdinand memiliki banyak adegan yang tak masuk akal. Termasuk gerakan hewan yang dibuat persis seperti manusia, namun tak ada manusia dalam film ini yang menyadarinya.
Selain itu, di beberapa momen tampak para banteng terlalu dibuat superior hingga mereka bisa bebas beraktivitas seperti manusia. Sementara karakter manusia biasa di tempat umum hanya terdiam sambil terperanjat ketika para banteng berbuat semau mereka.
Anak perempuan bernama Nina yang di awal film terlihat sangat menyayangi Ferdinand juga mungkin bagi sebagian penonton bisa membuat geregetan. Dikarenakan, ia dan ayahnya hanya bisa meratapi nasib Ferdinand setelah berada di tempat pelatihan.
Ditambah lagi, Ferdinand tak memiliki karakter antagonis yang sangat kuat. Sehingga, bagi yang sudah membaca buku aslinya, tentu film ini akan dianggap terlalu mengikuti cerita aslinya tanpa ada perubahan secara kreatif.
Baca Juga