Liputan6.com, Jakarta Terapi stem cell banyak digemari karena memiliki efek anti aging atau penuaan yang bikin awet muda sekaligus membawa penggunanya untuk meningkatkan level kesehatan. Sayangnya hingga kini, pengembangan stem cell atau sel punca menimbulkan kontroversi, terutama karena penggunaan dan pemanfaatan sel punca yang berasal dari embrio.
"Memang ada pro dan kontra, karena embrio harus dihancurkan bila ingin diambil sel puncanya. Artinya, kita harus menghilangkan satu kehidupan," ujar dr. Dessy Hendro Guyanto dari Klinik Effatha.
Advertisement
Namun, banyak orang yang abaik dengan pro kontra tersebut karena peran stem cell yang bisa membuat awet muda seperti dapat mengurangi bintik dan bercak hitam akibat peningkatan umur. Selain itu, stem cell juga membuat tubuh jauh lebih prima seperti mengurangi nyeri leher dan tulang belakang, mengurangi kelelahan, meningkatkan energi tubuh dan secara keseluruhan dapat memperbaiki kualitas mental dan fisik seseorang.
Inovasi Stem Cell
Inovasi stem cell pun terus dikembangkan industri kesehatan di Jepang saat ini. Dalam temuannya, seseorang tidak lagi perlu mengumpulkan sel punca dari embrio atau menemukannya dalam tubuh manusia. Caranya adalah dengan membuat sendiri sel iPS (Induced pluripotent stem cells) sendiri.
Shinya Yamanaka, Peraih Nobel tahun 2012 di bidang fisiologi atau kedokteran bersama John B. Gurdin tengah menjalani misi penggunaan iPS untuk terapi baru. Bekerja sama dengan pelopor dunia dalam riset dan produksi asam amino, Ajinomoto Co, mereka mengembangkan media kultur yang ideal utnuk riset sel iPS tersebut.
Media kultur adalah lingkungan yang tepat untuk membiakkan sel. Yang merupakan campuran antara asam amino, vitamin, glukosa, lemak, faktor-faktor pertumbuhan, dan sejumlah kecil mineral yang penting untuk perkembangan sel.
Advertisement
Lebih Hemat Biaya dan Efisien
Ajinomoto Co. telah menerapkan keahliannya dalam asam amino untuk mengembangkan bidang farmasi selama lebih dari 60 tahun. Pada tahun 1956, Ajinomoto Co. menjadi perusahaan pertama di dunia yang memproduksi kristal asam amino untuk keperluan infus, produk nutrisi enteral, dan bahan-bahan farmasi.
Di tahun 2010, Shinya Yamanaka membuat suatu program yang disebut CiRA, Pusat Riset dan Penerapan Sel iPS. Salah satu yang dikembangkan saat ini adalah StemFit. StemFit merupakan media kultur dengan kualitas dan performa tinggi.
Pertumbuhan sel dalam media kultur StemFit memiliki laju pertumbuhan tinggi. Hal ini tidak saja menjadikan riset lebih efisien, tetapi juga lebih hemat biaya.
Seperti diketahui, salah satu hambatan terbesar dalam obat regeneratif dengan menggunakan sel iPS adalah biaya dan waktu yang diperlukan untuk memproduksi sel iPS. Sehingga stok yang tersedia bagi lembaga riset dan rumah sakit di seluruh dunia ini diharapkan memberikan dampak positif.