Jokowi: Jadilah Pengusaha sebagai Pilihan, Bukan karena Terpaksa

Rendahnya jumlah pengusaha di Indonesia ini masih membuka peluang bagi mereka yang berminat terjun ke dunia bisnis.

oleh Nurmayanti diperbarui 18 Des 2017, 12:02 WIB
Presiden Joko Widodo. (Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan jumlah pengusaha di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Mencatat data Bank Dunia, idealnya jumlah pengusaha di satu negara mencapai 4 persen dari jumlah penduduk.

Di Indonesia, jumlah pengusaha baru 3,3 persen dari jumlah penduduk. Ini lebih rendah, misalkan dibandingkan Singapura yang mencapai 7 persen, Thailand 4,5 persen, dan Malaysia 4 persen.

"Jadi peluang di kita masih terbuka," kata Jokowi saat hadir pada acara Entrepreneurs Wanted di ITB, Bandung, Senin (18/12/2017).

Rendahnya jumlah pengusaha di Indonesia ini masih membuka peluang bagi mereka yang berminat terjun ke dunia bisnis.

Jokowi meminta anak muda di Indonesia mencontoh para pengusaha, seperti William Tanuwijaya, CEO dan Pendiri Tokopedia serta Andi Taufan Garuda Putra, CEO dan Pendiri Amartha.

"Ada kesempatan yang besar dalam lima tahun ke depan, ada peluang US$ 130 miliar. Peluang di negara kita gede sekali kalau dirupiahkan berapa. Peluang seperti ini yang saudara bisa masuk secepatnya," dia menambahkan.

Jokowi mengakui untuk memulai usaha tidak mudah. Namun, peluang ini tak boleh dilewatkan bila ada kesempatan.

Selain itu, dia mengingatkan untuk benar-benar mengukuhkan niat sebagai pengusaha dari awal. Sejak dini, ubah paradigma ingin menjadi pekerja usai kuliah.

"Jadilah pengusaha sebagai sebuah pilihan bukan keterpaksaan...sadar akan pilihan kita," ujar Jokowi.

Tonton Video Pilihan Ini:

 

 


Jokowi Curhat Sang Anak Tak Mau Meneruskan Bisnisnya

Sebelum menjadi kepala negara, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dikenal sebagai seorang pengusaha kayu. Bisnisnya sudah berkembang cukup besar hingga saat ini. Tak heran, dia berharap jika bisnisnya bisa dilanjutkan anak-anaknya.

Namun, Presiden Jokowi mengaku sempat merasa sedih dengan pilihan sang anak yang mengaku tak ingin meneruskan bisnisnya. Padahal, bisnis yang digeluti selama 27 tahun tersebut sudah berkembang dan membutuhkan penerus.

"Saya sudah 27 tahun berusaha sampai sekarang dan usaha masih hidup, masih ekspor produk kayu, baik dari Eropa dan sekarang ke Asia lebih banyak. Tapi yang saya sedih anak saya tak ada yang mau teruskan usaha saya. Padahal pabriknya gede, karyawan sudah ada, alat ada tinggal meneruskan dan gedein enggak ada yang mau," kata Jokowi saat menghadiri acara Entrepeneurs Wanted di ITB, Bandung, Senin (18/1/2017).

Jokowi menceritakan kekagetannya saat secara tiba-tiba, sang anak Gibran Rakabuming Raka menyampaikan jika ingin berjualan martabak. Padahal, sebelumnya Gibran yang diharapkan bisa meneruskan bisnis kayunya. "Jualan martabak, saya shock juga bayangkan anak saya mau jual martabak," kata Jokowi.

Namun, keraguan ini terjawab. Kini terbukti jika pilihannya mengizinkan sang anak berjualan martabak terbayarkan. Bahkan brand value dari bisnis martabak yang baru berjalan beberapa tahun melampui bisnisnya yang sudah puluhan tahun.

"Baru lima tahun, brand value pabrik sama brand martabak itu lima kali lipat nilainya lebih gede martabaknya," ujar Jokowi.

Kekagetan Jokowi berlanjut ketika anak bungsunya, Kaesang Pangarep, juga meminta izin membuka usaha pisang goreng. Tapi belajar dari anak pertama, dia mengaku keinginan ini tak boleh dilarang. Dia pun mengizinkannya.

Jokowi mengatakan jalan pikiran anak muda zaman sekarang saat berbisnis memang berbeda dari zaman sebelumnya.

Bila dulu bisnis yang disebut besar bila memiliki pabrik yang besar dengan jumlah pekerja yang banyak dan mampu menembus pasar ekspor "Tapi kalau sekarang yang lebih dijual, yaitu brand," dia menandaskan.

 

 

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya