Polri: Maaf Tak Gugurkan Kasus Persekusi Ustaz Abdul Somad

Meski demikian, ketika permohonan maaf tersebut meluncur dari mulut terlapor dan diterima korban, maka kepolisian memiliki diskresi.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 18 Des 2017, 12:48 WIB
Ustaz Abdul Somad

Liputan6.com, Jakarta - Kepolisian menegaskan untuk tetap memproses kasus pengadangan yang menimpa Ustaz Abdul Somad saat menghadiri rangkaian safari dakwah memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, beberapa waktu lalu. Meski, sudah ada pernyataan maaf dari pihak terlapor.

"Permohonan maaf tidak menggugurkan proses hukum ketika terduga suatu tindak pidana atau buktinya kuat," kata Karopenmas Brigjen Mohammad Iqbal di Mabes Polri, Jakarta, Senin (18/12/2017).

Meski demikian, ketika permohonan maaf tersebut meluncur dari mulut terlapor dan diterima korban Ustaz Abdul Somad, maka kepolisian memiliki diskresi. Artinya, tidak perlu berlanjut ke meja hijau.

"Tapi dalam hal ini belum ada hal seperti itu ya, maka dari itu sikap kami tetap menerima pelaporan, bila ada unsur pidana kita akan melakukan proses (hukum). Tentang permohonan maaf itu tidak menggugurkan," kata mantan Kapolrestabes Surabaya ini.

Mabes Polri dalam hal ini masih melakukan supervisi terkait kasus pengadangan Ustaz Abdul Somad yang menyita perhatian banyak orang itu.

"Kalau misalnya laporan itu diduga ada unsur tindak pidana, kita tentunya akan menarik itu ke Bareskrim supaya tidak menyebar. itu adalah standar prosedur," kata dia.


Permohonan Maaf

Saat Ketua MPR Menyimak Tabligh Akbar Ustadz Abdul Somad

Insiden dugaan persekusi yang dialami Ustaz Abdul Somad di Bali, dilaporkan ke polisi. Salah satunya ialah laporan yang dibuat oleh advokat dari GNPF (Gerakan Nasional Pengawal Fatwa) Ulama, Ismar Syafrudin, ke Bareskrim Polri.

Dalam laporan itu, ada tujuh orang yang dilaporkan. Salah satunya adalah Sekretaris Jenderal DPP Laskar Bali, I Ketut Ismaya. Namun belakangan, I Ketut Ismaya telah menyampaikan permohonan maafnya kepada Ustaz Abdul Somad.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Mohammad Iqbal mengatakan bahwa laporan tersebut tetap akan ditindaklanjuti meskipun terlapor telah meminta maaf.

"Permohonan maaf itu tidak akan menggugurkan proses hukum (persekusi terhadap Ustaz Abdul Somad)," kata Iqbal di kompleks Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta, Rabu (13/12/2017).

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal DPP Laskar Bali, I Ketut Ismaya, menyampaikan permohonan maaf kepada umat muslim di Indonesia atas insiden pengadangan Ustaz Abdul Somad beberapa waktu lalu di Hotel Aston, Denpasar.

Ismaya mengaku organisasinya terjebak dalam situasi tersebut. Dengan kerendahan hati, Ismaya meminta dibukakan pintu maaf atas tindakannya tersebut.

Sebelum menyampaikan permohonan maaf dan kronologi peristiwa sore itu, Ismaya bersumpah melalui ritual Hindu menggunakan pejati.

"Jika saya mengatakan kebohongan dan tidak tulus, para Dewa dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa akan menjatuhkan sanksi dan azab kepada saya dan keluarga," katanya sembari melakoni ritual sumpah menggunakan pejati di Denpasar, Selasa, 12 Desember 2017.

‎Ismaya mengaku dalam situasi kekhilafan saat peristiwa itu terjadi. Ia terprovokasi, sehingga situasi keruh itu terjadi. Untuk itu, ia meminta maaf kepada umat muslim di seluruh Indonesia, khususnya kepada warga Riau yang tersinggung dan Ustaz Abdul Somad secara langsung.

‎"Kami meminta maaf kepada seluruh umat muslim Indonesia. Ini tulus kami sampaikan. Jika saya berpura-pura, semoga para Dewa mengazab saya," ujarnya.

Ia juga meminta maaf kepada umat Hindu di Bali dan Riau atas situasi ini, sehingga timbul ketegangan yang terjadi.

"Kepada para ulama, ustaz, kiai, sesepuh, dan guru yang ada di seluruh Indonesia mohon dibukakan pintu hatinya, terimalah kami lagi, jangan caci lagi, karena ini kekhilafan. Ini pembelajaran bagi kami," ujarnya.

Khusus kepada Ustaz Abdul Somad, Ismaya meminta dibukakan pintu maaf. Bahkan, ia meminta bimbingan dari ustaz lulusan‎ S1 Mesir dan S2 Maroko tersebut.

"Saya mohon kebijaksanaan Pak Ustaz. Bukakan pintu maaf bagi kami. Bimbing kami Pak Ustaz. Semoga keridaan Allah selalu menyertai Pak Ustaz," tuturnya.

 


Kronologi

Ricuh penolakan Abdul Somad di Bali

Pada kesempatan itu, Ismaya membeberkan kronologi peristiwa tersebut. Ia mengaku terjebak dalam situasi tersebut. Awalnya, kata dia, pada 7 Desember sekitar pukul 19.00 Wita dia didatangi oleh sekelompok orang yang tergabung dalam Komponen Rakyat Bali (KRB).

Mereka menanyakan ketegasan sikap Laskar Bali terkait kedatangan Ustaz Abdul Somad ke Bali dalam rangkaian safari dakwah memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Ismaya mengaku diberikan sejumlah gambar yang berkaitan dengan aktivitas Ustaz Somad dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang dibubarkan pemerintah.

Mengetahui demikian, Ismaya memutuskan untuk menggelar aksi demonstrasi yang dipusatkan di Monumen Bajra Sandhi Renon, Denpasar. Pagi hari, 8 Desember 2017 Laskar Bali turun ke jalan. Mereka menolak kehadiran Ustaz Somad yang dianggapnya bertentangan dengan NKRI.

Namun, kata Ismaya, pada pukul 11.00 Wita ia dihubungi oleh perwakilan dari Polda Bali. Dalam percakapan via telepon itu disampaikan jika Ustaz Somad tak seperti dituduhkan.

"Dijelaskan kalau Pak Ustaz NKRI. Kami akhirnya membubarkan diri," ujarnya.

Pukul 14.00 Wita, Ismaya mengaku kembali dihubungi oleh perwakilan dari perwakilan beberapa ormas yang tergabung dalam KRB. Dijelaskannya jika Ustaz Abdul Somad‎ sudah berada di Hotel Aston Denpasar.

Namun, Ismaya mengatakan kepada orang yang menghubunginya jika Ustaz Somad mengakui NKRI, bukan ustaz radikal. Tak lama berselang perwakilan dari Polda Bali menghubunginya dan menanyakan apakah akan menyusul ke Hotel Aston Denpasar untuk berunjuk rasa seperti yang dilakukan KRB.

"Saya katakan tidak. Untuk apalagi saya ke sana karena Pak Ustaz itu NKRI," tuturnya.

Sore hari sekitar pukul 17.00 Wita, Ismaya kembali dihubungi oleh perwakilan dari ormas yang tergabung dalam KRB. Disampaikan jika Ustaz Somad menolak mencium bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu "Indonesia Raya". Darahnya mendidih. Ismaya berkesimpulan jika Ustaz Somad ternyata benar seperti yang diduganya, yakni anti-NKRI.

"Akhirnya saya memutuskan untuk datang ke Hotel Aston menanyakan l‎angsung kepada Pak Ustaz," jelasnya.

Ismaya akhirnya tiba di Hotel Aston Denpasar. Ia merangsek masuk ke dalam hotel dan ruang pertemuan. Kapolresta Denpasar, Dandim Badung dan PWNU yang telah hadir menjelaskan jika Ustaz Abdul Somad tak seperti dituduhkan.

"Saya akhirnya meminta maaf sama Pak Ustaz Abdul Somad. Saya berpelukan dengan beliau. Saya jamin selama ceramah di Bali tidak akan ada yang mencolek Beliau. Kalau ada yang berani, saya yang paling depan membela," tegas dia.

Pada kesempatan itu, Ismaya juga mengklarifikasi jika ia sama sekali tak membawa senjata. Yang dibawanya adalah tongkat komando miliknya. Bahkan, Ismaya meminta rekan media untuk membuka tongkat tersebut.

"Isinya hanya isim. Nanti saya dibilang musyrik, nih," ucapnya berkelakar.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya