Difteri Meluas ke 28 Provinsi, Inikah KLB Terbesar di Dunia?

Penyakit difteri menyebar begitu cepat ke 142 kabupaten dan kota di 28 provinsi Indonesia. Lebih dahsyat dari India, Afsel, dan Brasil.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Des 2017, 14:15 WIB
Ekspresi Mahasiswi saat disuntik vaksin difteri di Universitas Tarumanegara, Jakarta, Kamis (14/5). Ratusan mahasiswa/wi yang berusia di bawah 19 tahun mendapatkan imunisasi (Td) sebagai antisipasi mewabahnya penyakit difteri. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan kasus difteri terus meluas sampai ke 28 provinsi di Indonesia serta terjadi di 142 kabupaten dan kota.

Ketua PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), DR. Dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K) di Jakarta, Senin, menjelaskan laporan 40 anak yang terinfeksi difteri meninggal dunia dan lebih dari 600 pasien dirawat di rumah sakit karena terjangkit difteri.

Aman menerangkan jumlah ini adalah data IDI dan organisasi profesi di bawahnya, khususnya IDAI, yang didapat dari laporan organisasi profesi berdasarkan kasus kejadian yang ditemukan oleh setiap profesi.

"Kita meminta sesama profesi, jadi kalau ada kasus, setiap profesi melapor, kita sudah hitung, sama datanya," kata Aman, seperti dilansir dari AntaraNews, Senin (18/12/2017).

 

Simak juga video menarik berikut :

 

 

 


KLB terbesar di dunia?

Difteri menyebar ke 28 provinsi di Indonesia

Dia mengatakan bahwa kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri ini adalah yang paling besar terjadi di dunia, mengingat Indonesia memiliki jumlah penduduk lebih banyak dibandingkan negara-negara yang pernah terjadi KLB difteri sebelumnya.

"Sebelumnya di Rusia, tapi tidak sebesar ini. Di India hanya satu dua provinsi, di Brasil hanya beberapa provinsi, dan Afrika Selatan juga hanya beberapa provinsi," jelas Aman.

Aman menilai KLB difteri harus ditanggapi serius oleh seluruh kalangan, mulai dari pemerintah hingga masyarakat, bukan hanya kalangan medis.

Dia berharap seluruh kalangan mendukung program penanggulangan KLB difteri dengan imunisasi ulang atau "Outbreak Response Immunization" (ORI) agar tidak lagi menimbulkan kerugian bagi negara.

(Aditya Ramadhan/AntaraNews)

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya