Liputan6.com, Batang - Muslimin (45), dukun palsu yang menjadi tersangka kasus penipuan dengan motif penggandaan uang berujung pembunuhan terhadap tiga korban, dikenal sebagai sosok tertutup dan cenderung pendiam.
Menurut tetangganya, sekalipun pendiam, warga Sawangan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, yang akrab disapa Limin itu memiliki sifat temperamental.
"Jarang berkomunikasi dengan tetangga di sini. Tamu yang datang ke rumahnya pun seringnya orang dari luar desa semua," ucap Kepala Desa Sawangan, Subeno, kepada Liputan6.com, Senin, 18 Desember 2017.
Tersangka merupakan warga pendatang di Desa Sawangan. Dukun palsu itu berasal dari Sulawesi dan menikah dengan Sawiyah (42), warga asal Gringsing, Batang, sekitar 13 tahun lalu.
Baca Juga
Advertisement
"Sebelumnya, mereka tinggal di Sulawesi selama sembilan tahun. Kemudian di awal tahun 2014, pindah ke kampung halaman istrinya sampai sekarang," ia menambahkan.
Sekitar empat tahun tinggal di Desa Sawangan, awal mulanya kehidupan tersangka dan istrinya tampak normal seperti biasa. Bahkan, sejumlah tetangganya tak menaruh curiga kepada Muslimin saat orang dari luar desa berkunjung ke rumahnya.
"Enggak ada yang curiga, orangnya (tersangka) juga biasa aja kok. Kalau menurut saya, dia juga bukan orang pintar, apalagi dukun," katanya.
Selama tinggal di Desa Sawangan, Muslimin tak memiliki pekerjaan yang pasti. Hanya sebagai buruh serabutan pemotong pohon. Namun, dukun palsu itu kerap mengaku sebagai anak orang kaya pemilik usaha kelapa sawit di Sulawesi.
"Tapi, enggak tahu itu benaran atau tidak. Yang jelas, dia di sini hidupnya biasa saja," Subeno mengungkapkan sosok dukun palsu tersebut.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Suka Menenteng Golok
Menurut pengakuan sejumlah tetangga, tersangka Muslimin memiliki kebiasaan yang mengerikan bagi warga setempat. Betapa tidak, di saat marah dengan menenteng golok pelaku menantang siapa saja yang tak sependapat.
"Pokoknya dia (tersangka) enggak suka argumen atau pendapatnya disangkal, selalu marah-marah dengan mengacungkan golok miliknya," tutur Kepala Desa Sawangan, Subeno.
Muslimin memiliki dua anak laki-laki. Satu masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, sementara satunya lagi masih duduk di bangku kelas lima sekolah dasar.
"Kedua anaknya putus sekolah. Anak yang seharusnya duduk di bangku SMP, panggilannya Gendut, juga memiliki sifat temperamental seperti bapaknya," ucapnya.
Ia menceritakan, beberapa waktu lalu, anak pertama tersangka yang biasa dipanggil Gendut, menyulut petasan. Karena dianggap mengganggu, warga kemudian memperingati si Gendut agar tak menyulut petasan di dekat perkampungan.
"Anak pelaku, si Gendut itu diingatkan oleh warga. Kemudian anak itu pulang ambil golok mendatangi rumah warga yang mengingatkannya tadi. Malah menantang gitu dengan ucapan yang kasar," dia membeberkan.
Bahkan, saat tidur pun, tersangka sering kali membawa golok yang disimpan di balik bantal tempat tidurnya.
Advertisement
Kemungkinan Ada Korban Lain
Agar terhindar dari amuk massa, hingga kini istri dan kedua anak tersangka diamankan oleh polisi. Selain itu, rumah Muslimin juga dijaga ketat sejumlah personel Polres Batang selama 24 jam penuh.
"Untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Keluarga pelaku sudah kita amankan. Rumah pelaku juga kita jaga ketat," ujar Kasatreskrim Polres Brebes, AKP Eko Mahrudin.
Ia menjelaskan, polisi masih terus mendalami kasus pembunuhan yang dilakukan tersangka Muslimin.
Eko menyatakan pula, korban ketiga yang ditemukan di halaman depan rumah tersangka diidentifikasi bernama Luthfi Abdilah (26). Korban merupakan warga Cipiring, Kabupaten Kendal.
"Berdasarkan ciri-ciri jasad korban, oleh orang tua korban memang sangat identik," katanya.
Hingga kini, polisi masih terus mengembangkan kasus penipuan berujung pembunuhan tersebut. "Masih kita terus dalami. Kalau indikasi korban lainnya masih terus kita kembangkan lagi," ujar Kasatreskrim Polres Brebes.