Liputan6.com, Jakarta - Salah satu pasar mata uang digital bitcoin terbesar di dunia adalah Jepang. Tak heran, jika cryptocurrency ini pun memiliki kegunaan lain selain investasi, salah satunya adalah untuk membayar gaji pegawai. Salah satu perusahaan Jepang, GMO Internet Group, kini menggunakan bitcoin sebagai alat pembayaran gaji karyawannya.
Perusahaan yang memiliki 4.000 karyawan ini akan memberikan porsi gaji mulai dari 10 ribu yen hingga 100 ribu yen dalam bentuk bitcoin. Dilansir dari theguardian.com, Selasa (18/12/2017), langkah ini dilakukan pihak manajemen perusahaan demi meningkatkan perkembangan mata uang digital di Jepang. Kebijakan ini nantinya akan mulai diberlakukan pada 2018.
Baca Juga
Advertisement
"Para karyawan bisa menerima gaji mereka dalam bentuk bitcoin jika mereka mau. Kami ingin meningkatkan literasi mata uang virtual kita dengan benar-benar menggunakannya," tutur juru bicara GMO internet group Harumi Ishii.
Selain mendapat gaji dalam bentuk bitcoin, karyawan yang memilih dibayar dengan mata uan digital juga berhak mendapatkan insentif 10 persen dari jumlah gaji. Awalnya GMO Internet Group mulai masuk ke pasar mata uang digital pada Mei 2017. Tak lama setelahnya, mereka mengumumkan akan melakukan penambangan bitcoin yang dilakukan mulai 2018.
Sejak diluncurkan hampir 9 tahun yang lalu, nilai bitcoin sudah meroket sangat tinggi. Pada minggu lalu, Bitcoin diperdagangkan di atas US$ 16.000 atau sekitar Rp 217 juta (US$ 1=Rp 13.593). Bitcoin juga sukses mengubah nasib orang menjadi miliarder. Mereka adalah si kembar tampan Tyler dan Cameron Winklevoss atau yang dikenal dengan nama The Winklevii. Lelaki kembar identik itu kini berusia 36 tahun.
Kisah mereka menjadi miliarder bitcoin dimulai saat keduanya menggugat Mark Zuckerberg pada 2016 atas tudingan mencuri ide bisnis Facebook. Pada 2009, keduanya sepakat menghentikan gugatan hukum dan mendapatkan US$ 65 juta (sekitar Rp 878,3 miliar). Dari jumlah tersebut, keduanya menggunakan US$ 11 juta (sekitar Rp 148,6 miliar) untuk berinvestasi bitcoin pada 2013.
Dengan uang US$ 11 juta tersebut, keduanya membeli satu persen (sekitar 100.000 keping bitcoin) dari seluruh bitcoin yang ada. Seiring dengan nilai tukar bitcoin yang terus melonjak, keduanya kini jadi miliarder pertama bitcoin dengan kekayaan melebihi US$ 1 miliar atau setara Rp 13,5 triliun.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bitcoin di mata miliarder
Mata uang virtual bitcoin kini menjadi pusat perhatian. Lonjakan nilai bitcoin membuat banyak pihak menjadi tertarik, dan ada juga skeptis. Ada sebagian besar orang senang dengan kenaikan imbal hasil investasi. Namun, ada juga takut nilai investasi itu hancur. Salah satunya bitcoin.
Bitcoin diperdagangkan di atas US$ 16.000 atau sekitar Rp 217 juta (US$ 1=Rp 13.593) pada pedagangan kemarin. Dalam satu "pasar" saja, Bitcoin diperdagangkan di atas US$ 18.000 atau Rp 244 juta. Ada sejumlah orang berminat meski harganya 11 persen di atas harga pasar.
Seperti yang pernah dibahas, tidak ada cara untuk memprediksi nilai bitcoin. Tidak ada nilai intrinsik. Sampai saat ini, bitcoin dibeli secara murni dengan harapan orang lain yang membelinya akan membayar lebih tinggi, pada waktu tertentu. Pada akhirnya, ini merupakan spekulasi mengenai psikologi manusia.
Mari kita lihat bagaimana investor dan orang kaya dunia berpendapat mengenai Bitcoin seperti yang dilansir Forbes.
Miliarder Carl Icahn, investor legendaris yang memiliki track record terpanjang dan terbaik di dunia menuturkan, dirinya tidak mengerti soal bitcoin."Jika Anda membaca seluruh sejarah mengenai Economic Bubble atau gelembung ekonomi, barangkali Anda akan paham," ujar Icahn.
Miliarder Warren Buffett, investor dengan value terbaik sepanjang masa mengatakan, "Jauhilah hal tersebut. Ini hanyalah fatamorgana, gagasan bahwa bitcoin memiliki nilai intrinsik yang sangat besar adalah sebuah lelucon, ini adalah cara untuk mentransmisikan uang."
Selain itu, miliarder Jamie Dimon juga mengatakan, "Ini bukan hal nyata, ini adalah penipuan."
Miliarder Ray Dalio, pendiri salah satu hedge fund terbesar di dunia menambahkan poinnya,
"Bitcoin adalah gelembung spekulatif (speculative bubble). Orang-orang berpikir mereka bisa menjualnya dengan harga lebih tinggi, maka jelas sudah bahwa ini adalah gelembung spekulatif."
Investor dan juga miliarder Leon Cooperman berujar, "Saya tidak punya uang di bitcoin. Bitcoin hanyalah euforia."
Miliarder Marc Lasry menyampaikan, "Seharusnya saya membeli bitcoin saat harganya US$ 300 atau sekitar Rp 4 juta. Saya tidak mengerti. Mungkin masuk akal untuk mencoba berpartisipasi pada Bitcoin, tapi saya tidak dapat memberi analisis apakah hal ini masuk akal atau tidak. Namun saya pikir Bitcoin ini nyata, karena lama-kelamaan ia menjadi mainstream."
Miliarder dan juga investor hedge-fund Ken Griffin berpendapat bitcoin punya banyak elemen. "Ini bukanlah masa depan mata uang, namun saya juga tidak akan menyebutnya sebagai penipuan, Bitcoin memiliki banyak elemen untuk dilihat seperti periode Tulip Mania," kata Ken.
Advertisement