Liputan6.com, Jakarta - Harga emas diprediksi dapat menguat pada 2018. Apalagi harga emas cenderung tertekan menjelang akhir 2017. Ini lantaran investor memilih aset investasi saham yang didorong katalis positif reformasi pajak oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Pelaku pasar senior dan pendiri Echobay Partners Vince Lanci mengharapkan harga emas dapat sentuh level US$ 1.700 pada 2018. Hal ini mengingat harga emas sudah sentuh level terendah pada 2017.
Bahkan harga emas turun sekitar tiga persen pada November 2017. Itu mengingat investor memilih saham seiring katalis positif adanya kemajuan rencana reformasi pajak Presiden Trump. Harga emas pun sentuh level terendah US$ 1.237 per ounce. Mengingat harga emas sudah sentuh level rendah, Lanci mengharapkan harga emas dapat sentuh level US$ 1.700 pada 2018.
Baca Juga
Advertisement
"Kondisi dalam tiga hari terakhir mengkonfirmasikan harga emas dapat lebih tinggi pada 2018. Harga emas sentuh level terendah pada 2017. Banyak sentimen membuat saya gugup. Namun ada sesuatu sangat penting dalam tiga hari terakhir," ujar Lanci, seperti dikutip dari laman The Street, Rabu (20/12/2017).
Jika prediksi Lanci tepat harga emas sentuh level US$ 1.700 pada 2018, harga emas lebih mahal US$ 450. Harga emas saat ini berada di kisaran US$ 1.250 per ounce. Lanci menuturkan, harga emas sekaran berada di area "aman" antara uS$ 1.250-US$ 1.275 per ounce.
"Harga emas dapat sentuh US$ 1.700 jika harga emas dapat sentuh di atas US$ 1.275," kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed Terhadap Harga Emas pada 2018
Mengutip laman Kitco, langkah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve akan agresif terkait suku bunga juga diperkirakan tidak terlalu pengaruhi harga emas.
Chief Market Strategist IG, Chris Weston menuturkan, kenaikan suku bunga the Federal Reserve sebanyak tiga kali bahkan empat kali pada 2018 akan dorong kenaikan volatilitas. Ini dapat membuat investor lindungi aset investasi dengan beli emas.
"Kami melihat inflasi akan meningkat pada 2018. Ini negatif bagi emas. Namun di waktu yang sama pasar akan sadar melihat pengetatan dan kondisi keuangan dengan volatilitas tinggi terutama saat pelaku pasar fokus defisit Amerika Serikat meningkat di bawah reformasi pajak," kata Weston.
"Ini dapat membuat harga emas lebih tinggi jika bank sentral AS buat kebijakan keliru. Jika bank sentral AS lebih agresif naikkan suku bunga yang tentunya tak bagus untuk emas, pelaku pasar akan lindungi aset dengan beli emas," tambah dia,
Namun, jika bank sentral AS tidak membuat keputusan keliru, harga emas akan tertekan.
"Jika suku bunga bank sentral AS naik sebanyak tiga kali hingga empat kali pada 2017, harga emas akan tertekan," kata Weston.
Weston perkirakan, harga emas akan berada di kisaran US$ 1.357-US$ 1.375 pada 2018. Sedangkan level support di kisaran US$ 1.150-US$ 1.100.
"Harga emas sentuh level US$ 1.300 pada November 2017. Harga emas perlu kembali di level itu sehingga dapat berada di kisaran US$ 1.357-US$ 1.375," ujar dia.
Dia menambahkan, pergerakan harga emas itu juga dibayangi dari volatilitas rendah dan pertumbuhan ekonomi global pada kuartal I dan II.
Advertisement