Menperin: Milenial Jadi Motor Pertumbuhan Industri Digital

Nilai investasi yang masuk ke startup digital Asia Tenggara mencapai US$ 12 miliar sepanjang 2016 hingga kuartal III 2017.‎

oleh Septian Deny diperbarui 18 Des 2017, 17:37 WIB
Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto memotong pita saat pembukaan Indonesia Motorcycle Show (IMOS) 2016 di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu (2/11). Pameran IMOS 2016 diikuti oleh 39 peserta dan berlangsung dari 2- 6 November. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengajak generasi milenial agar terus memanfaatkan peluang dan potensi industri digital di Indonesia. Dalam enam tahun terakhir, industri digital di Indonesia tumbuh 9,98 persen-10,7 persen per tahun, dua kali lipat dari pertumbuhan ekonomi nasional.

“Mulai 2019, industri digital nasional diproyeksikan tumbuh di atas 11 persen per tahun karena seluruh wilayah nusantara akan terhubung oleh jaringan internet. Hal ini seiring dengan target proyek pembangunan broadband serat optik Palapa Ring yang rencananya rampung pada akhir 2018," ujar dia di Jakarta, Senin (18/12/2017).‎

Airlangga melihat, beberapa perusahaan startup e-commerce di Indonesia, perintisnya berasal dari kalangan generasi milenial. Namun, generasi ini perlu didorong agar bisa menentukan strategi jangka panjang supaya bisnis mereka mampu bertahan lama.

“Mereka semestinya dipertemukan dalam sebuah ekosistem sehingga komposisinya seimbang berdasarkan generasinya,” lanjut dia.

Berdasarkan riset Michael Page, pada 2016, perkembangan industri digital yang marak belakangan ini di Indonesia, menjadi pemacu tumbuhnya jumlah lowongan pekerjaan di sektor ini hingga 60 persen dalam setahun terakhir.

Adapun segmen perusahaan yang diprediksi akan menyumbang lowongan pekerjaan terbesar di sektor teknologi digital ini, antara lain e-commerce, teknologi keuangan (fintech), logistik, dan big data.

Menurut dia, nilai investasi yang masuk ke startup digital Asia Tenggara mencapai US$ 12 miliar sepanjang 2016 hingga kuartal III 2017.‎ Hal ini merujuk hasil riset terbaru mengenai investasi usaha rintisan (startup) berbasis digital di Asia Tenggara dari Google dan Temasek yang berjudul e-Economy SEA Spotlight 2017, yang dirilis pada pekan lalu.

Dari total dana tersebut, sebanyak 34 persen atau US$ 4,08 miliar masuk ke Indonesia. Diperkirakan, nilai investasi saat ini semakin besar, mengingat setelah kuartal III 2017 sudah ada dana US$ 7 miliar yang mengalir ke Asia Tenggara, termasuk ke Tanah Air.

Riset ini juga menyebutkan sebagian besar investasi masuk ke startup yang menyandang status Unicorn atau memiliki valuasi lebih dari US$ 1 miliar. Keempat Unicorn Indonesia itu adalah Go-Jek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Jumlah perusahaan Digital

Suasana di salah satu stand saat digelar Indonesia E-commerce Summit and Expo (IESE) 2017 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Selasa (9/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) juga mencatat, saat ini jumlah perusahaan yang bergerak di sektor jasa industri digital di dalam negeri sebanyak 305 perusahaan dengan beragam jenis core business-nya.

Adapun jenis-jenis industri digital yang ada di Indonesia, yaitu industri perbankan, advertising, trading, dailydeals, directory, infrastruktur digital, sistem operasi, mesin pencarian, konsultan IT, marketplace, online retail, payment gateway, dan travel.

Untuk menunjang pengembangan ekonomi digital di Indonesia, menurut Airlangga, pemerintah sedang berupaya untuk menarik lebih banyak minat investor agar menanam modalnya di Tanah Air.

“Berbagai cara dilakukan, dari mulai pembangunan infrastruktur hingga fasilitas perizinan dibenahi agar semakin banyak pelaku bisnis yang berinvestasi di Indonesia,” tandas Airlangga.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya