Liputan6.com, San Francisco - Sebuah riset mengungkap, para pendiri startup di Silicon Valley, California, Amerika Serikat (AS), akan banyak pensiun dini.
Alasan mereka meninggalkan perusahaannya karena merasa sudah 'cukup' berkontribusi dengan perusahaan yang ia dirikan. Dari situlah, para pendiri startup rela 'melepas' perusahaannya ke publik.
Baca Juga
Advertisement
Menurut laporan Business Insider, Selasa (19/12/2017), kebanyakan pendiri startup memulai rintisannya di usia kisaran 24-27 tahun. Usia tersebut terbilang sangat muda untuk mendirikan sebuah perusahaan--bahkan sekelas startup.
Merujuk ke riset The National Bureau of Economic Research, butuh waktu bertahun-tahun bagi pendiri startup untuk 'menggembleng' perusahaannya agar bisa go public.
Riset juga mengungkap, para startup di Silicon Valley kebanyakan 'mengakhiri karirnya' di usia 47 tahun. Riset tersebut dilakukan oleh pakar kewirausahaan dari Digitopoly, Joshua Gans.
Selain itu, Gans juga mengungkap pernyataan Paul Graham, salah seorang investor startup kenamaan dalam wawancaranya bersama The New York Times.
Ia menyampaikan, para investor bahkan disebut tak lagi akan mendanai startup di usia 32 tahun. Dalam hal ini, investor yang usianya di atas 32 tahun akan mulai berpikir skeptis saat memutuskan melakukan pendanaan tahap baru ke startup.
"Dengan mindset itu, para investor sebetulnya bisa saja kehilangan 'golden moment', momen yang mungkin bisa saja membawa mereka ke kesuksesan," kata Gans.
Pendiri Startup, Haruskan Lulus Sekolah?
Pendiri startup identik dengan stigma meraup sukses sejak muda. Namun bukan berarti pendidikan tidak lagi penting, ketika peluang untuk meraih kesuksesan sudah di depan mata.
Hal ini lah yang diyakini seorang angel investor, Tim Berry. Pendiri sekaligus Chairman Palo Alto Software tersebut menilai bahwa pendidikan, setidaknya sampai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), merupakan hal yang penting.
Ia pun tidak menganjurkan para enterpreneur muda melepas pendidikan mereka, saat menjawab pertanyaan seorang pendiri startup yang masih berusia 17 tahun.
"Jika kamu tak menyelesaikan sekolah, kamu akan menyesalinya seumur hidup."
Pendiri startup tersebut mengajukan pertanyaan di situs tanya-jawab, Quora. Dijelaskan, ia bersama tiga orang rekannya tinggal di negara-negara yang berbeda, tapi perusahaan yang mengucurkan dana kepada startup tersebut sepertinya tidak mengetahui sang pendiri adalah seorang pelajar.
Kini orang-orang yang menjalankan startup tersebut tengah bingung, karena kapitalis ventura mereka menginginkan agar tim tersebut tinggal di kota yang sama.
Mereka pun meminta masukan, apakah harus pindah sekolah atau berhenti sekolah bersama. "Apa yang harus saya lakukan," tanyanya.
Berry pun menganjurkan agar mereka tidak berhenti sekolah. Ia menyarankan, pendiri startup itu memberitahu para investor mengenai pendidikan yang tengah dijalani sekarang, bahkan kalau perlu keinginan mereka melanjutkan ke bangku kuliah. Menurutnya, pengakuan tersebut pasti membuat investor terkesan.
"Anda bisa melakukan coding dan sekolah. Saya bisa melakukannya dan banyak orang juga melakukannya. Jangan mempersempit pilihan masa depan, ketika Anda masih muda," sarannya.
Menurutnya, pendidikan bukan hanya soal karir semata. Jika ada yang berpikir, ketika telah menjadi seorang pengusaha, tidak lagi membutuhkan pendidikan, hal itu merupakan pemikiran yang menyedihkan.
(Jek/Cas)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement