Target 100 Gudang Raksasa, RI Ingin Jadi Lokasi Penimbunan Barang

Pemerintah telah melampaui target PLB dari 50 lokasi menjadi 76 lokasi.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 19 Des 2017, 10:19 WIB
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
 
Liputan6.com, Jakarta Direktorat Jenderal (Ditjen) Bea dan Cukai Kementerian Keuangan menargetkan pembangunan Pusat Logistik Berikat (PLB) lebih dari 100 lokasi di seluruh Indonesia pada 2018. Targetnya gudang raksasa multifungsi ini menyebar ke wilayah luar Jawa sehingga mampu menekan tingginya biaya logistik. 
 
Direktur Jenderal (Dirjen) Bea dan Cukai, Heru Pambudi mengungkapkan, pemerintah telah melampaui target PLB dari 50 lokasi menjadi 76 lokasi. Capaian selama hampir dua tahun berjalan, sudah ada 45 PLB di 76 lokasi. 
 
"Saya pikir bisa menjadi lebih dari 100 lokasi PLB tahun depan. Kalau jumlah PLB-nya terserah, karena yang penting lokasinya menyebar ke seluruh wilayah Indonesia," ujar Heru saat Presstour di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (19/12/2017). 
 
 
PLB masuk dalam paket kebijakan ekonomi jilid II yang dikeluarkan pemerintah pada Maret 2016 untuk menekan tingginya biaya logistik nasional dan membuat industri dalam negeri menjadi kurang kompetitif.
 
PLB adalah gudang logistik multifungsi untuk menimbun barang impor atau lokal dengan kemudahan fasilitas perpajakan, berupa penundaan pembayaran bea masuk dan tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), serta menawarkan fleksibilitas operasional lainnya.
 
Sekarang ini, Heru menambahkan, PLB yang terbangun di bidang otomotif, makanan dan minuman, industri gas, BBM, tambang dan minyak, alat berat, industri kecil dan menengah, pertahanan, bahan kimia, komoditas, personal care, tekstil, dan aircraft MRO. 
 
Adapun perusahaan yang sudah menerima fasilitas PLB, di antaranya PT Perta Arun GAs di Lhokseumawe, PT Petrosea Tbk di Balikpapan, PT Pel. Penajam di Balikpapan, PT Indra Jaya Swastika di Surabaya, PT Khrisna Cargo di Denpasar dan Ngurah Rai, PT Cipta Krida Bahari di Sorong, dan masih banyak lainnya. 
 
"Rig terbesar akan masuk ke sana (ditimbun di PLB Balikpapan). Saya dapat informasi dari Kepala Kanwil saya. Tapi untuk rig normal sudah masuk ke sana dan hasilnya bagus untuk menurunkan ongkos logistik," jelas Heru. 
 
Heru menerangkan, target penambahan lebih dari 24 lokasi PLB atau gudang raksasa tahun depan, diharapkan menjangkau luar Jawa. "Karena kalau tersebar di seluruh Indonesia, maka biaya logistik bisa turun dan terjadi pemerataan ekonomi nasional," tegasnya. 
 
 

Capaian Gudang Raksasa

Sejak diluncurkan Maret 2016 hingga sekarang ini, kinerja PLB dengan beragam fasilitas telah menarik sebanyak 500 suplier, 107 distribusi internasional, 458 distribusi lokal. 
 
"Lead time ke pengguna barang menjadi barang menjadi lebih rendah dengan rata-rata dalam dua tahun mencapai 1,64 hari," ujar Heru. 
 
Heru menyebut, peran PLB hampir dua tahun ini telah berkontribusi pada penerimaan bea masuk senilai Rp 373,79 miliar, Pajak Penghasilan (PPh) Impor sebesar Rp 223,96 miliar, dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Impor sebesar Rp 684,84 miliar.   
 
"Proses timbun di PLN yang positif dari BC 1.6 menjadi 2.8 menunjukkan ada proses timbun di PLB yang positif dan diharapkan menunjukkan indikator perpindahan penimbunan barang impor dari Singapura ke Indonesia," terangnya. 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya