Liputan6.com, Jakarta Imunisasi difteri ulang, Outbreak Response Immunization (ORI) memang ditujukan untuk anak-anak usia 1 sampai di bawah 19 tahun. Ini disebabkan sebagian besar pasien yang terkena difteri adalah anak-anak.
Dari data Kementerian Kesehatan, hingga saat ini, 38 anak Indonesia dinyatakan meninggal karena terserang difteri. Sementara itu, lebih dari 600 anak dirawat di rumah sakit karena terserang difteri di 120 kota/kabupaten.
Advertisement
Walaupun kasus difteri lebih banyak menimpa anak-anak, bukan berarti orang dewasa tidak rentan terhadap bakteri difteri ini.
Orang dewasa pun kemungkinan bisa tertular dan terkena difteri. Oleh karena itu, orang dewasa juga bisa ikut imunisasi difteri.
"Orang dewasa bisa terkena difteri juga, meski kasus banyak melanda anak-anak. Untuk imunisasi difteri dewasa bisa diterapkan seperti di negara-negara lain di dunia. Tiap 10 tahun sekali diulang," papar Samsjulridjal Djauzi dari Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) dalam konferensi pers "Wajib ORI" di Kantor PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Jakarta, ditulis Selasa (19/12/2017).
Saksikan juga video berikut:
Risiko tertular dari anak
Imunisasi difteri untuk dewasa ini sebagai pencegahan agar orang dewasa tidak tertular difteri.
Sjamsjulridjal menambahkan, orang dewasa yang imunisasi difteri lebih diutamakan orang dewasa yang sering kontak, bertemu, atau berkomunikasi dengan anak-anak.
"Kemungkinan orang dewasa terkena difteri tetap perlu diketahui. Tapi jangan dibuat panik. Jadi, imunisasi difteri khususnya buat orang dewasa sering kontak dengan anak-anak," tambahnya.
Orang dewasa yang sering kontak dengan anak-anak, misalnya, dokter dan petugas kesehatan di perawatan anak dan dokter THT (telinga, hidung, tenggorokan) yang sering menangani pasien anak-anak.
Advertisement