Mengerikan, Ini 4 Pembunuh Berantai yang Juga Seorang Kanibal

Berikut, 4 pembunuh berantai yang juga seorang kanibal dari berbagai penjuru dunia.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 19 Des 2017, 20:20 WIB
Ilustrasi Pembunuhan (iStock)

Liputan6.com, Moskow - Pembunuhan berantai merupakan peristiwa yang telah terjadi sejak lama pada beberapa peradaban manusia. Para pembunuh kejam yang mengintai di sekitar masyarakat, meski mengilhami ketakutan, turut memicu rasa ingin tahu yang tak tertahankan.

Sungguh tak terkira apa yang dapat dilakukan oleh para penjagal berantai. Ditambah lagi mengingat tendensi 'predator' yang dimiliki, serta ketidakmampuan mereka untuk merasakan penyesalan atas tindakan yang dilakukan.

Dari berbagai ciri tersebut, ada satu karakteristik yang tak biasa dan semakin menambah kengerian masyarakat terhadap sejumlah pembunuh berantai, yakni mereka yang turut terlibat dalam tindakan kanibalisme.

Mereka, para pembunuh dengan karakteristik kanibalisme, mengonsumsi bagian tubuh korban yang mereka bunuh atas berbagai alasan. Sebagian ada yang didasari atas hasrat obsesif-kompulsif, beberapa bahkan ada yang dipicu atas alasan yang lebih remeh-temeh -- hanya karena ingin atau penasaran.

Dari berbagai contoh, berikut, 4 pembunuh berantai yang juga seorang kanibal dari berbagai penjuru dunia, seperti dikutip The Listverse, Selasa (19/12/2017).


1. Peter Bryan

Ilustrasi Pembunuhan (iStockphoto)

Sebagai pembunuh berantai, Peter Bryan hanya membunuh tiga orang. Namun tetap saja, kejahatan yang ia lakukan tetap mengerikan.

Pada 1993, Bryan membunuh seorang penjaga toko muda, Nisha Sheth di London. Ia kemudian mengakui perbuatannya kepada aparat setempat.

Namun, setelah melalui berbagai pemeriksaan, Bryan dinyatakan mengidap skizofrenia, sehingga perbuatannya tak layak untuk dipertanggungjawabkan secara hukum.

Aparat pun akhirnya memutuskan Bryan untuk mendapatkan perawatan klinis di Rumah Sakit Broadmoor, Berkshire.

Setelah beberapa tahun menjalani perawatan psikiatri, dokter memutuskan bahwa Bryan mampu kembali ke masyarakat dengan syarat, ia harus berada di dalam pengawasan jangka panjang aparat.

Namun tak dinyana, pada periode tersebutlah, Peter Bryan kembali melakukan aksi kejamnya.

Ia dilaporkan membunuh, memasak dan memakan temannya yang bernama Brian Cherry.

Saat polisi hendak menangkap Bryan, si penjagal itu mengatakan kepada aparat, "Saya makan otaknya dengan mentega dan itu sangat lezat."

Ia kembali dijebloskan ke Rumah Sakit Broadmoor. Dua bulan kemudian, kala tengah dirawat di Broadmoor, Bryan membunuh korban ketiganya, sesama pasien bernama Richard Loudwell berusia 60 tahun.

Pada persidangan Maret 2005, Bryan mengaku bersalah atas pembunuhan dan mengklaim dirinya sebagai seorang kanibal.

Namun, karena ia menderita paranoid skizofrenik, penegak hukum memutuskan Bryan untuk tetap mendapat perawatan di Rumah Sakit Broadmoor.


2. Jeffrey Dahmer

Ilustrasi Pembunuhan (iStock)

Jeffrey Dahmer, dari Milwaukee, Amerika Serikat merupakan salah satu pembunuh berantai sekaligus kanibal yang paling terkenal.

Antara tahun 1978 - 1991, Dahmer mengklaim telah membunuh 17 orang remaja dan bocah laki-laki.

Sebelum melakukan aksinya, modus operandi yang biasa dilakukan Dahmer adalah memberikan korbannya obat penenang, kemudian mencekik mereka hingga tewas.

Jenazah para korban biasanya kerap dimutilasi dan dikonsumsi oleh Dahmer.

Pada sebuah penggerebekan di kediaman Dahmer, polisi menemukan sejumlah potongan tubuh korban yang tersimpan di dalam lemari es dan beberapa tong.

Ketika diperiksa oleh polisi, Dahmer mengaku, "Memakan bagian tubuh (korban) sebagai cara untuk menyimpan mereka (para korban) selama-lamanya di dalam tubuh saya."

Saat ditanya mengenai proses dirinya menjadi seorang kanibal, Dahmer mengatakan, "Awalnya hanya penasaran, coba-coba. Tapi lama-kelamaan, itu semua menjadi kompulsif".

Oleh penegak hukum, Dahmer dijatuhi hukuman seumur hidup pada 1991.

Tiga tahun kemudian, tepatnya pada 28 November 1994, Dahmer tewas dibunuh oleh Christopher Scarver, sesama narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Columbia, Wisconsin, Amerika Serikat.


3. Arthur Shawcross

Ilustrasi Pembunuhan (Andri Wiranuari/Liputan6.com)

Arthur Shawcross, alias 'Penjagal dari Genesee River' membunuh 14 orang antara tahun 1972 - 1989.

Ia memulai pembunuhannya dengan menjagal dua anak di Negara Bagian New York. Atas perbuatannya, Shawcross kemudian dipenjara.

Namun, ia mendapat bebas bersyarat. Dan tak dinyana, selama masa bebas itu, Shawcross memulai pembunuhan berantainya.

Akhirnya, pada 1990, setelah sebelumnya membunuh 10 pekerja seks komersial, Shawcross ditangkap dan diadili oleh penegak hukum.

Saat pemeriksaan dan pengadilan, Shawcross mengaku bahwa ia telah memotong-motong tubuh sejumlah korbannya dan memakan mereka. Bahkan, ia sempat mengaku pernah mengonsumsi salah satu bagian kelamin dari beberapa korbannya.

Oleh penegak hukum, ia dijatuhi hukuman seumur hidup tanpa diberikan kesempatan untuk bebas bersyarat. Pada 2008, Shawcross meninggal di Albany Medical Center dan masih berstatus sebagai narapidana.


4. Andrey Chikatilo

Ilustrasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Hari itu, 20 November 1990, keresahan warga Rostov, Rusia setidaknya mulai terhenti. Si pria bengis Andrey Chikatilo akhirnya ditangkap Kepolisian Rusia. Ia merupakan pembunuh berantai dan kanibal yang telah menghabisi nyawa sekitar 53 orang dalam kurun waktu 12 tahun.

Seperti dimuat Russiapedia, 53 korban dari Chikatilo yang dijuluki "The Butcher of Rostov" tersebut terdiri dari 21 bocah laki-laki, 14 bocah perempuan dan 18 wanita dewasa yang tewas dibunuh di sekitar kawasan Rostov.

Pembunuhan pertama Chikatilo dilakukan terhadap seorang bocah perempuan berusia 9 tahun di rumah pelaku pada tahun 1978. Saksi mata melihat pelaku dan korban di luar rumah, sebelum akhirnya sang bocah dinyatakan menghilang. Sementara istri pelaku, membantu Chikatilo bebas dari tuduhan dengan sejumlah kesaksian palsu kepada polisi.

Chikatilo melanjutkan aksi sadisnya terhadap sejumlah korban. Dari tahun 1978 hingga tahun 1983, ia telah melakukan 7 kali pembunuhan.

Sementara itu, awal tahun 1984, seorang pemuda bernama Aleksandr Kravchenko yang dieksekusi mati karena terbukti melakukan pemerkosaan. Eksekusi mati membuat Chikatilo takut dan 'tobat' untuk sementara.

Tak lama, baru beberapa bulan, Chikatilo kambuh, melanjutkan aksi pembunuhannya. Terhitung hingga akhir tahun 1984, ia telah membunuh 15 orang. Polisi pada akhirnya berhasil menangkap pria tersebut. Namun dalam penyelidikan, aparat tak berhasil menemukan bukti yang kuat, kendati Chikatilo tetap dikurung penjara sekitar 3 bulan.

Saat sudah bebas dari penjara, Chikatilo melanjutkan aksinya. Membunuh, memutilasi dan menyembunyikan potongan jasad korban. Modus pembunuhan terbaru yang dilakukan si penjagal yakni dengan mengincar orang-orang yang berada di kereta api.

Polisi kemudian memfokuskan penyelidikan dan upaya penangkapan terhadap Chikatilo dengan menjaga ketat stasiun kereta api. Juga berpatroli menyamar dengan menggunakan pakaian preman di dalam kereta. Awal November, seorang detektif berhasil menemukan Chikatilo datang dari hutan dengan adanya bekas darah di pipinya, serta luka parah pada jarinya.

Aparat kemudian menghentikan dan memeriksanya. Namun karena tidak memiliki cukup bukti, polisi melepas Chikatilo.

Keesokan harinya, seorang pejalan kaki menemukan mayat seorang gadis di hutan yang sama sewaktu Chikatilo terlihat. Polisi masih belum bisa menangkap karena tak menemukan bukti yang kuat. Pada akhirnya, 20 November 1990, polisi memergoki Chikatilo sedang berusaha keras menjerat korbannya, seorang anak muda. Aparat langsung menangkap Chikatilo.

Chikatilo disidang dan dinyatakan bersalah telah melakukan pembunuhan lebih dari 30 kali dengan korban sekitar 50 orang. Ia dieksekusi mati dengan tembakan peluru yang menghunus bagian belakang kepalanya, pada 14 Februari 1994.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya