Melongok Pabrik Rokok Milik Orang Terkaya di Indonesia

Rokok merek Djarum Super dibuat tanpa ada campur tangan manusia.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 19 Des 2017, 16:40 WIB
Semangat ribuan pekerja PT Djarum melinting, merapikan, dan mengepak jutaan batang rokok. (Fiki/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Mendung menggelayut di kota Kudus sejak pagi hari. Hawa dingin yang menusuk tulang tak melunturkan semangat ribuan pekerja PT Djarum melinting, merapikan, dan mengepak jutaan batang rokok demi beberapa lembar puluhan ribu agar dapur tetap ngepul.

Sebagai kota kretek, Kudus disesaki dengan pabrik-pabrik rokok skala besar hingga industri rumah tangga. Pabrik Djarum mendominasi wilayah ini.

Pada Selasa (19/12/2017), Liputan6.com bersama awak media lain berkesempatan mengunjungi pabrik rokok Sigaret Kretek Tangan (SKT) di Karangbener dan Sigaret Kretek Mesin (SKM) di Taman Oasis, Kudus.

Pabrik ini milik orang terkaya di Indonesia versi Forbes 2017, Hartono bersaudara, yakni R. Budi dan Michael Hartono dengan nilai kekayaan mencapai US$ 32,3 miliar atau sekitar Rp 436,05 triliun (kurs Rp 13.500 per dolar Amerika Serikat).

Memasuki ‎pabrik rokok SKT di Karangbener, Kecamatan Bae, Kudus, suara khas alat linting rokok manual yang terbuat dari kayu terdengar menggema seisi ruangan. Tangan pekerja yang seluruhnya kaum hawa ini begitu cekatan melinting tembakau dan kertas rokok satu per satu. Kemudian dirapikan setiap ujungnya. Beban kerja ini dibagi dua orang yang menjadi satu tim.

Foto dok. Liputan6.com

Kebetulan hari ini Djarum sedang memproduksi rokok kretek Djarum 76. ‎Menurut salah seorang Supervisor, Rudy Triyanto, produksi rokok SKT di pabrik ini mencapai 5,4 juta batang per hari, dan dikerjakan oleh sekitar 4.500 orang pekerja yang seluruhnya wanita. Sementara laki-lakinya bertugas sebagai Supervisor.

"Pekerja di sini seluruhnya wanita. Laki-laki menjadi pengawas. Tadinya ada laki-laki yang melinting rokok, tapi seleksi alam maka dengan sendirinya yang bertahan kaum wanita. Lebuh kuat, rajin, dan teliti," terang Rudy.

Salah seorang pekerja pabrik rokok Djarum, Siti Aguswati (32) mengungkapkan, dirinya telah bekerja di perusahaan pemilik mayoritas saham Bank BCA itu selama 15 tahun.

"Enak bekerja di sini, kerja dari jam 6 pagi sampai jam 1 siang, dan dapat duit lumayan," kata Siti terkekeh saat berbincang dengan Liputan6.com.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Melinting 4.000 Batang Rokok

Semangat ribuan pekerja PT Djarum melinting, merapikan, dan mengepak jutaan batang rokok. (Fiki/Liputan6.com)

W‎anita asal Margorejo ini menambahkan, setiap hari mampu melinting 3.000-4.000 batang rokok. Setiap 1.000 batang, upah Siti sebesar Rp 28 ribu. Dengan demikian, pendapatan dari pekerjaannya sekitar Rp 112 ribu. Dibagi dua dengan temannya, sehingga Siti mengantongi Rp 56 ribu per hari.

"‎Ya lumayan buat nambah penghasilan keluarga karena setelah pulang bekerja, saya momong anak, ngurus keluarga lah," tuturnya.

Senada, pekerja lainnya Masripah (50) mengaku sudah bekerja adi Djarum selama 35 tahun. Dengan penghasilan tersebut, dia bilang sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga karena suaminya hanya seorang buruh bangunan.

"Namanya kerja, enak saja dapat duit. Dinikmati sama teman-teman. Nih saya mengerjakan 3.000 batang kali Rp 28 ribu per 1.000 batangnya. Lalu dibagi dua dengan teman saya ini," ujarnya.

‎Selang 30 menit bertemu dengan wanita-wanita perkasa, pekerja Djarum, awak media selanjutnya digiring ke pabrik rokok SKM di Taman Oasis Kudus yang letaknya tidak jauh dari pabrik SKT.

Kali ini, luasnya beberapa kali lipat dibanding pabrik SKT yang seluas 20 hektare (ha). Komplek pabrik rokok SKM milik Djarum yang diresmikan pada 2013 ini berdiri di atas lahan seluas 80 ha. Kebayangkan betapa luasnya.

 


Ribuan Pekerja

Semangat ribuan pekerja PT Djarum melinting, merapikan, dan mengepak jutaan batang rokok. (Fiki/Liputan6.com)

Menginjakkan kaki di depan pabrik, pengunjung akan diberikan petunjuk keselamatan selama berada di area tersebut. Seluruh pengunjung pun tidak diperkenankan memotret isi pabrik, termasuk mesin-mesin yang suaranya sudah menderu sedari tadi menyambut kami.

Senior Manager Maintenance PT Djarum, Aris Rahargiyanto mengatakan, kapasitas produksi rokok di pabrik SKM tersebut sebanyak 4 juta batang per shift 8 jam. Mesin-mesin yang diimpor langsung dari Jerman ini bekerja selama tiga shift dari pukul 6 pagi sampai 6 malam.

"Per shift kan 8 jam, kapasitas produksi sebenarnya 6 juta, tapi baru bisa 4 juta. Karena bekerja tiga shift, maka jadinya 12 juta batang," paparnya.

Pengunjung dibuat tercengang karena rokok merek Djarum Super dibuat tanpa ada campur tangan manusia. Semua dikerjakan dengan mesin dari mulai hulu atau proses pelintingan sampai hilir atau proses pengemasan, bahkan forklip menggunakan teknologi robotik.

"Pekerja di pabrik SKM ini 600 orang terdiri dari bagian perawatan dan operator produksi," tutup Aris.

Semangat ribuan pekerja PT Djarum melinting, merapikan, dan mengepak jutaan batang rokok. (Fiki/Liputan6.com)
Semangat ribuan pekerja PT Djarum melinting, merapikan, dan mengepak jutaan batang rokok. (Fiki/Liputan6.com)
Semangat ribuan pekerja PT Djarum melinting, merapikan, dan mengepak jutaan batang rokok. (Fiki/Liputan6.com)
Semangat ribuan pekerja PT Djarum melinting, merapikan, dan mengepak jutaan batang rokok. (Fiki/Liputan6.com)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya